Baru baru ini pemerintah merilis laporan perihal Anggaran dana desa yang terus mengguyur sekujur tubuh 74.954 desa se Indonesia. Total dana desa sejak 2015 dan hingga 2019 sudah mencapai Rp 257 triliun. Sontak, ini menjadikan desa-desa di Indonesia terlihat sedikit bahagia.
Namun, sayangnya dana sebesar itu tak semuanya mulus meluncur seperti jalan tol. Sebagian dihisap oleh mahkluk halus yang bernama koruptor. Baru-baru ini koran nasional dan lokal mengungkap isu korupsi dana desa. Data yang disorongkan ICW menyebutkan, tercatat sedikitnya sudah ada 181 kasus korupsi dana desa dengan 184 tersangka korupsi dengan nilai kerugian sebesar Rp 40,6 miliar.
Gilaa gak coooy, gimana cara ngumpetin uang segitu banyaknya. Lagi -- lagi korupsi. Korupsi itu mahkluk apa to, kok hobi banget mertamu ke negeri ini? dan itu hanya segelintir sempel dari banyaknya budaya kasus korupsi di negara berflower Indonesia tercinta kita.
Kalau dipikir-pikir, setiap tahun, selalu saja masyarakat kita dipertontonkan drama kasus korupsi yang mendera elit -elit negeri. Mulai dari persoalan gratifikasi untuk memanipulasi APBD, kongkalikong persoalan pajak oleh pengusaha, pelicin dari para kontraktor untuk sebuah proyek bernilai miliaran dan masih banyak lagi kasus -- kasus korupsi yang beraneka nuansa dan rasa. Semua berseliweran di media ibarat tayangan infotaiment yang memperlihatkan indahnya hubungan romantisme Dilan dan Milea. Haisssh ramashook.
Sebenarnya pemerintah pun gak tinggal diam melihat persoalan ini, berbagai hukuman telah disediain bagi para tikus - tikus berdasi itu untuk membuat efek jera dan bertobat menuju jalan yang benar. Namun pada akhirnya, berbagai hukuman tersebut pun luluh juga dengan manisnya uang.
Para terpidana kasus korupsi itu seperti kebal hukum, Lah lihat aja, wong mereka masih bisa nyangar -- nyengir sambil say hallo pada wartawan, kan yo gak tahu diri ! Segala peristiwa demi peristiwa korupsi yang mendera bahtera rumah tangga kita, eeh maksudnya bahtera pemerintahan negara kita menimbulkan kerugian yang besar dari segi material.
Kalau ditanya pendapat perihal korupsi, banyak dari kita akan sepakat bahwa korupsi merupakan sebuah tindakan yang gak bermoral, buruk, dan menyimpang dari berbagai norma -- norma yang telah disepakati dalam tatanan sosial. Dan dalam teori terbaru, korupsi bisa menjelma seperti negara api yang dalam sekejap meluluh lantahkan kuil udara selatan tempat si avatar tinggal dulu.
Secara normatif, yah semua orang akan berpikiran demikian, tapi dengan kenyataan bahwa dunia ini semakin sulit, berbagai aktifitas kita dijerat dengan berbagai skema yang begitu njlimet. Apabila sudah dihadapkan dengan berbagai polemik yang bersifat empiris, segala hal -- hal yang berbau normatif ya tetap aja akan ditepikan.
Sama halnya dengan prilaku korupsi ini, disadari atau gak setiap saat kita membutuhkannya dengan dalih efisiensi dan kemaslahatan. Mulai dari hal yang begitu remeh temeh sampai yang kompleks. Dan pelakunya pun berisikan dari yang muda hingga tua, dari yang pinter amat sampai yang gak pinter -- pinter amat.
Kasus seperti bayar gorengan gak sesuai dengan yang sebenarnya. Adakalanya ada orang yang lebih memilih uang damai dari pada ditilang dengan dalih wes kesusu lan ribet, uang administrasi untuk pelayanan publik yang sebenernya itu gratis, nglamar kerja disuruh bayar dulu biar keterima, dan yang paling nyebelin adalah tukang parkir yang nagih uang parkir tapi kerjaanya cuma plonga -- plongo tok !
Dikalangan intelektual mahasiswa pun sering kali saya nemuin berbagai tindakan korupsi. Misalnya berbagai korupsi aturan main agar bisa mendapatkan beasiswa kurang mampu. Padahal tiap bulan HP gonta ganti trusss !!