Lihat ke Halaman Asli

iqbaalgh

Nama saya Muhammad Iqbaal Al Ghifari yang menempuh jenjang pendidikan sebagai Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) di Prodi Pendidikan Agama Islam.

Ektremisme agama dalam dinamika politik

Diperbarui: 29 November 2024   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

   Ekstremisme agama mengacu pada pandangan dan tindakan yang berupaya memaksakan interpretasi dan ajaran agama tertentu dengan cara yang sangat kejam, yang terkadang mengarah pada kekerasan.
   Fenomena ini menimbulkan salah satu tantangan terbesar dalam hubungan internasional dan dinamika politik global.
   Ekstremisme agama seringkali tidak hanya berdampak sosial dan kemanusiaan, namun juga berdampak pada stabilitas politik suatu negara.

1. Ekstremisme agama sebagai pemicu konflik sosial dan politik Ekstremisme agama sering kali terjadi dalam konteks keluhan sosial dan politik.
   Ketika kelompok tertentu merasa terpinggirkan atau tidak mempunyai suara dalam proses politik, mereka mungkin terdorong untuk mencari legitimasi melalui agama.
   Hal ini seringkali berujung pada radikalisasi, dimana individu atau kelompok semakin yakin akan ideologi ekstrem sebagai solusi atas permasalahan yang mereka hadapi.
2. Peran pemerintah dalam memerangi ekstremisme agama Pemerintah mempunyai peran penting dalam memerangi ekstremisme agama.
   Tindakan pemerintah dapat membantu mengurangi atau bahkan meningkatkan radikalisasi.
   Di sisi lain, langkah-langkah komprehensif yang memberikan ruang bagi kebebasan beragama dan mendukung dialog antaragama dapat membantu mengurangi ketegangan sosial dan mencegah ekstremisme.
   Di sisi lain, kebijakan diskriminatif dan penindasan terhadap kelompok agama tertentu dapat memperburuk keadaan dan mendorong radikalisasi.
 

3. Dinamika Politik Global dan Ekstremisme Keagamaan Ekstremisme agama juga mempunyai dampak signifikan terhadap politik dunia.
   Negara-negara besar seringkali terlibat dalam konflik yang disebabkan oleh radikalisasi agama, baik melalui intervensi langsung atau dukungan terhadap kelompok tertentu.
   Misalnya, selama perang  Afghanistan pada tahun 1980-an,  negara-negara Barat mendukung kelompok mujahidin dalam perjuangan mereka melawan agresi Uni Soviet, namun hal ini justru menyebabkan munculnya dua kelompok, Taliban dan al-Qaeda,  yang kemudian menjadi ancaman global.
   Dinamika ini menunjukkan bagaimana politik internasional dapat memperkuat atau mempercepat penyebaran ekstremisme agama.
 Selain itu, globalisasi juga meningkatkan prevalensi ideologi ekstrem.
   Internet dan media sosial menyediakan platform bagi individu dan kelompok radikal untuk menyebarkan pesan mereka, mendapatkan dukungan internasional, dan merekrut anggota baru.
   Hal ini menimbulkan tantangan bagi negara-negara dalam mengendalikan dan memantau radikalisasi yang terjadi di luar negaranya.
4.Upaya mengatasi ekstremisme agama dalam politik Mengatasi ekstremisme agama memerlukan pendekatan multifaset yang mencakup  pencegahan, deradikalisasi, dan pembangunan perdamaian.
Pendidikan berperan penting dalam memperkenalkan pandangan agama yang lebih moderat dan menanamkan pentingnya toleransi dan kebebasan beragama.
Selain itu, dialog antaragama dan kebijakan inklusif dapat mengurangi ketegangan antar kelompok agama yang berbeda, mencegah keterasingan, dan mengurangi kemungkinan terjadinya radikalisasi.
 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline