Putera Daerah adalah isu yang lumrah mencuat dalam setiap momen pemilihan kepala daerah, sama halnya ketika pemilihan presiden, wacananya adalah soal mana pribumi dan yang bukan pribumi. Hal demikian selalu hadir, sudah sangat biasa.
Di Maros, juga demikian. Narasi yang berkembang menjelang hari pemilihan adalah isu putera daerah, netralitas ASN, dan tanggungjawab KPU juga peran Bawaslu dalam mengawasi jalannya tiap prosesi.
Menariknya, perdebatan itu ramai di media sosial facebook. Tetapi, ketika tim atau pendukung berjumpa di warung kopi, semua sejuk dan damai, apalagi kalau sudah berurusan dengan angka semacam ini 27370290.
Saya heran juga, tetapi begitulah Maros. Ada yang mengatakan pilkada ini semacam danau, yang permukaannya tenang, tetapi di kedalaman buaya saling menggigit dan memangsa. Ada ular phyton, biawak dan ikan besar. Ada juga yang mengatakan sebaliknya.
Mari kita urai kalimat pertama tulisan ini, tentang putera daerah.
Sebelumnya, saya ingin menegaskan, bahwa saya tidak mendukung salah satu dari ketiga paslon yang ada. Ini murni untuk mengaji fenomena sosial. Saya mengurai tentang isu putera daerah, tidak berarti saya membenci paslon yang selalu menggembor-gemborkan wacana tersebut. Namun tidak juga berarti saya mendukung dua calon lainnya.
Ketika saya mengatakan, ‘Keren’ tak berarti saya mendukung paslon nomor 2. Ketika saya mengatakan, ‘Unggul’ tak berarti saya mendukung paslon nomor 3. Demikian halnya ketika saya mengatakan ‘Maros itu untuk semua’ tak berarti saya mendukung paslon nomor 1. Begitu yah.
Meminjam teori Samuel P. Huntington, definisinya tentang putera daerah ada 4 jenis. Yakni, putera daerah genealogis, politik, ekonomi dan sosiologis.
Putera daerah genealogis juga terbagi menjadi dua, yakni orang yang dilahirkan dari daerah tersebut (Maros) atau mereka yang tidak dilahirkan di daerah tersebut tetapi memiliki orangtua dari daerah tersebut.
Putera daerah politik, atau orang yang memiliki keterkaitan politik dengan daerah tersebut. Misalnya, anggota dewan yang sebelumnya tidak memiliki kiprah politik di daerah tersebut namun ditempatkan sebagai kandidat oleh partainya di daerah termaksud.
Putera daerah ekonomi, adalah orang yang melakukan kegiatan investasi di daerah tersebut dikarenakan memiliki kapasitas ekonomi yang mumpuni dan terlibat dalam menumbuhkan perekonomian di daerah tersebut meski tak menetap di daerah tersebut.