Lihat ke Halaman Asli

Muh. Iqbal AM

Muhammad Iqbal Amiruddin

Cerpen | Setelah Tidak Denganku

Diperbarui: 6 Desember 2019   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Setelah tidak lagi denganku, apa kau baik-baik saja? Apakah dia lebih baik dariku? Seperti anggapanmu dulu saat meninggalkanku. Apakah dia memahami dengan baik? Apakah dia menyayangimu dengan sabar? Apa dia mencintaimu dengan benar? Semoga saja iya. 

Meski tak denganku lagi, kau tak usah khawatir. Aku tak akan mengutuk atau mendoakanmu yang tidak tidak. Aku masih saja tekun mendoakan kebahagiaanmu. Entah mengapa, usai kau sakiti, campakkan dengan semaumu, aku masih saja memujamu. 

Aku masih saja merapikan sebuah bilik dalam hatiku, untuk kau tempati. Aku masih saja memujimu di hadapan kawan-kawanku. Aku masih saja bisa tersenyum saat kau bermesraan dengannya tepat di hadapanku. Aku masih saja mencintaimu.

Seharusnya aku membencimu, meminta agar Tuhan tak pernah memberimu kebahagiaan. Berdoa agar kau segera mendapat karma, kau patah hati hebat, ia meninggalkanmu saat kau sedang sayang-sayangnya padanya. Sebagaimana aku yang sedang sayang-sayangnya lalu kau tinggalkan begitu saja. Seharusnya aku tak lagi mengharapkanmu. Ah, tapi aku tak bisa sejahat itu padamu.

Aku adalah lelaki bodoh, yang terlalu memercayaimu. Semestinya tak kuserahkan seluruh jiwaku untukmu, hingga nyaris sakit jiwa kala itu. Seharusnya cukup kusuguhkan teh saja, bukan rumah. Karena kau hanya singgah, bukan ingin menetap.

Tetapi, apapun itu. Aku masih tetap bersyukur pernah mengenalmu. Pernah menjadi bahagian penting dalam hidupmu.

Aku bersyukur punya kesempatan beberapa waktu membuatmu tersenyum dan tertawa bahagia. Membangunkanmu saat matahari sepenggalan naik, meski hanya via WA. Mengingatkanmu agar tak lupa makan, minum, istirahat, tidur. Yah, meski kau anggap itu garing. Pada awalnya memang telah kukatakan aku bukan lelaki romantis. Aku kaku, tak seperti kebanyakan mantan kekasihmu dan dia yang pandai merayu dengan kata manisnya.

Tetapi, tidakkah kau sadar? Siapa yang ada di sisimu kala kau tersakiti? Pada bahu siapa kepalamu bersandar kala kau dirundung masalah? Telinga siapa yang setia mendengar keluh kesahmu? Tangan siapa yang tak pernah melepas genggamannya saat kau butuh dikuatkan? Aku, hanya aku seorang bukan?

Tak ada yang perlu aku sesalkan. Sebab, niat awalku adalah membahagiakanmu. Bukan memilikimu selamanya.

Terima kasih, denganmu aku pernah merasakan bahagia. Dan maaf, aku tak begitu romantis menjadi lelaki. Kali ini, izinkan aku mengenangmu sebagai pahlawan. Kepergianmu memberi banyak pelajaran, menyadarkanku tentang ketulusan pengorbanan, dan berjuang.

Setelah tidak denganku. Kuharap kau bahagia.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline