Lihat ke Halaman Asli

The First Grass

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1416519617996428912

Seminggu terakhir di Bangka memang sudah masuk musim penghujan. Kata Pak Nico kalau sudah lihat kelelawar besar terbang ke selatan itu sudah positif masuk musim penghujan. Memang benar sih. Dua minggu terakhir kota Pangkalpinang sudah mulai diguyur hujan lebat. Beruntunglah karena akhir-akhir ini air benar-benar kering. Sungguh sebuah anugrah dari Tuhan.
Pagi ini saya memang datang lebih pagi ke kantor. Karena kemarin melihat rumput di belakang kantor sudah mulai tumbuh. Melihat kemarin siang sampai sore hujan turun deras, sepertinya saya bisa mendapatkan titik air atau embun di ujung rumput. As I call it water drops on grass. Rumput yang baru tumbuh memang menarik untuk saya lihat. Tumbuh baru sekitaran 5 cm. Hijau, segar, dan penuh harapan.
Ketika saya datang, saya langsung menuju TKP. Tapi malang tak berbau. Lensa ekstensi makro saya ketinggalan di rumah. Saya hanya bawa kamera saku Sony Cyber-shot, yang sepertinya selalu ada dalam tas. Tapi apa boleh buat, moment langka memang tak boleh dilewatkan. Sekiranya moment ini bisa saya bikin buat menjajal sejauh mana kamera saku ini bikin foto makro, paling tidak dapet close up lah.
Kamera saku memang bukan alat yang tepat untuk membuat foto makro. Bisa juga sih ditambahin lensa ekstensi. Saya pernah bikin lensa ekstensi makro untuk kamera saku. Hasilnya lebih murah dan dapat mendongkrak zoom menjadi 15x. Tapi sayangnya masih terdapat chromatic aberration dalam lensa tersebut. Maklumlah lensa murah dari bahan murah juga.
Dalam kamera yang saya gunakan ada beberapa setting yang bisa dimanfaatkan. Hal yang paling utama dalam membuat sebuah foto yang bagus adalah mengenal kamera yang digunakan. Mengetahui setiap setting dan memahami bagaimana kamera tersebut berperilaku. Setting pertama adalah white balance. Set white balance ke cloudy. Mengingat tempat yang digunakan terlindungan dari sinar matahari tetapi cukup terang untuk ISO rendah. ISO yang digunakan pun set ke yang paling rendah. Punya saya bisa di angka 100. Dan juga metering. Metering penting karena menghitung dan mengatur bagaimana pencahayaan masuk ke kamera. Karena saya akan memotret sebagian kecil area dari keseluruhan maka metering yang saya gunakan adalah spot metering. Saya hanya ingin fokus pada area kecil dalam foto tersebut. Terakhir adalah AF alias auto focus. Spot metering saya gabungkan dengan Center AF. Kamera saku tidak memilliki fokus manual, jadi untuk mempercepat kalkulasi eksposure dan pencarian titik fokus maka saya menggunakan center AF. Taruh obyek pada titik tengah live view, setelah fokus dan exposure terkunci atur ulang komposisinya. Hati-hati jangan sampai miss-focus.
Dalam fotografi makro atau close up memang identik dengan bokeh yang creamy. Cara dapet bokeh yang creamy ya pakai focal length panjang atau buka diafragma lebar-lebar. Tapi kalau pakai kamera saku apa bisa? Jarak titik fokus dengan sensor akan mempengaruhi blur atau tidaknya background semakin dekat titik fokus dengan sensor maka semakin blur juga background nya. Pada lensa kamera saku biasanya terdapat tulisan x,x-x,x/xx-xx. Pada kamera saya terdapat 3,2-6,5/5-25. Artinya diafragma terlebar kamera saya adalah f/3,2 pada focal length 5 mm (untuk mode wide). Sedangkan diafragma terlebar lainnya adalah f/6,5 pada focal length 25 mm (untuk mode tele). Bagi yang punya DSLR, cek lensa kameranya. Berapa angka yang tertulis.
Agar saya mendapatkan bokeh yang sempurna, maka saya menggunakan mode wide yang hanya menggunakan focal length 5 mm. mode wide ini akan membuka diafragma sampai batas maksimal. Ditambah lagi saya memperpendek jarak antara sensor dengan titik fokus, dan voila! Saya dapat bokeh yang yahud. Sedangkan jarak titik fokus pada kamera saku memang dapat mencapai 6 cm dari ujung lensa. Saya ingin mendapatkan obyek dengan zoom maksimal, sedangkan obyek saya itu kecil. Kebanyakan fokus akan terkunci pada background. Biasanya jika kesulitan mendapatkan fokus maka saya akan menaruh obyek yang lebih besar disamping obyek utama. Seperti batu kecil atau uang logam. Kunci fokus pada obyek pembantu tersebut, lalu geser titik fokus pada obyek. Jangan menggunakan obyek yang terlalu terang atau gelap, penggunaan obyek tersebut akan mengacaukan metering kamera. Jika setting kamera sudah tepat kita tidak memerlukan post processing yang berlebihan. Hanya mengatur sedikit white point dan black point pada level tool saja sudah dapat membuat eksposure terlihat lebih bagus. Tak ada pengaturan warna lagi. Trust me, it does work.

Meta data exposure untuk semua foto :
f/3.2, ISO 100, Spot Metering, Focal Length 5mm, Shutter Speed antara 1/60” s/d 1/200”.

14165193521165013117

1416519442954753596

14165195291884908880

14165195681174790510

1416519710291028182

1416519789629957549

14165198601719354538

Daftar Istilah :
Chromatic Aberration : outline atau garis tepi berwarna yang ada pada batas antara area gelap dan terang pada image digital. Chromatic aberration ini umum terjadi karena cacat atau kegagalan lensa untuk memfokuskan cahaya pada satu titik.
White Point : area atau titik paling terang pada image
Black Point : area atau titik paling gelap pada image
Mengatur White dan Black point berfungsi agar tonal dapat terdistribusi dengan baik pada seluruh level gradasi. Sehingga menghasilkan kontras yang tepat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline