Lihat ke Halaman Asli

Buku Total Bung Karno yang Kurang Total

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1389335929781651144

[caption id="attachment_289339" align="alignleft" width="274" caption="Sampul buku Total Bung Karno"][/caption]

Buku tentang Bung Karno sangat banyak, termasuk salah satu buku yang baru saja saya. Judulnya: Total Bung Karno, sayangnya buku ini kurang total.

Putra Sang Fajar tiba-tiba ramai lagi dibincangkan. Penyebabnya karena film Soekarno garapan Hanung Bramantyyo yang menuai beberapa kitikan. Penggarapan yang kurang maksimal, cerita yang tidak sesuai sejarah sampai pengerdilan sosok Soekarno membuat banyak orang bersuara menentangnya. Meski begitu film ini juga tetap tayang di layar lebar, orang juga masih berbondong-bondong duduk di kursi empuk berwarna merah sambil menyaksikan detik demi detik dari film itu.

Cerita tentang Bung Karno pasti tidak akan habis. Mustahil menghilangkan namanya dalam sejarah republik ini karena itu sama artinya dengan memutilasi tubuh republik kita. Bung Karno hadir dalam beragam warna yang menyertai perjalanannya. Sosok yang keras, teguh memegang prinsip, berani berkorban buat rakyat bersanding dengan gambaran sosok pria mata keranjang, penikmat seni sekaligus otoriter dan narsis. Tergantung orang mau menilai dari sisi mana, toh tak ada manusia yang benar-benar sempurna dan Bung Karno juga hanya manusia biasa.

Buku tentang Bung Karno juga sangat banyak, beragam kisahnya. Dari cerita perjuangannya, cerita tentang pokok-pokok pemikirannya sampai cerita ringan tentang kehidupannya sebagai manusia biasa. Dari sekian banyak buku itu salah satunya adalah buku berjudul: Total Bung Karno yang ditulis oleh Roso Daras, seorang jurnalis dan blogger yang sangat gandrung pada sosok Bung Karno.

Buku setebal 444 halaman ini ditampilkan dengan kulit muka dominan warna merah dengan gambar batik yang membayang. Wajah Putra Sang Fajar tentu ada di sana, berada di atas beberapa kolase foto sejarah yang menghadirkan sosok Soekarno. Penampakannya cukup bagus, mampu menarik perhatian dari sekian banyak buku tentang Bung Karno di etalase toko buku.

Buku ini sejatinya adalah kumpulan tulisan dari blog sang penulis sekaligus buku keempat dari rangkaian buku-buku tentang Bung Karno yang sudah pernah diterbitkan oleh Roso Daras. Dalam buku ini ada 80 tulisan yang menceritakan tentang Bung Karno, dibuka dengan catatan tentang penjara Banceuy yang pernah jadi rumah Bung Karno dan ditutup dengan cerita pembangunan jembatan Semanggi yang dirancang sang presiden.

Buku ini sebenarnya menarik. Dalam 80 tulisan tentang Bung Karno kita bisa menangkap kesan kalau Bung Karno adalah sosok besar yang tidak pernah berusaha untuk menjadi sempurna. Dia tetaplah sosok manusia biasa yang bisa tersentuh, bisa bercanda, bisa marah dan bisa jatuh cinta tanpa harus berpura-pura dan peduli pada yang namanya pencitraan.

Sayangnya, tulisan dalam buku ini tidak terlalu dalam. Kisah-kisahnya menarik, beberapa di antaranya malah kisah yang belum pernah saya temukan sebelumnya. Sayangnya penulis terkesan kurang dalam menggali kisah-kisah ini, sebagian besar kisah dipaparkan dengan singkat tanpa usaha lebih untuk menggali lebih dalam. Pemilihan diksi juga membuat kisah-kisah yang ada di dalam buku ini terasa menggantung, jelek tidak tapi belum sampai pada tingkatan menyentuh. Tanggung. Beberapa kali saya berharap tulisan di buku ini lebih panjang dan lebih dalam mengupas cerita yang disajikan.

Kelemahan lain buku ini adalah tidak ada pengelompokan cerita berdasarkan garis besarnya. Kita akan menemukan cerita tentang persahabat Bung Karno dan John F Kennedy yang setelahnya langsung disela dengan cerita pernikahan telegram Bung Karno dan ibu Fatmawati. Di bagian akhir akan ada lagi cerita tentang hubungan antara Bung Karno dan Amerika. Saya membayangkan buku ini akan lebih menarik kalau saja semua ceritanya dikelompokkan dalam garis besar yang sama. Cerita tentang penjara dan pembuangan dalam satu kelompok, cerita tentang wanita-wanita di belakang Bung Karno dalam satu kelompok, cerita tentang Bung Karno dan lawan-lawan politiknya (termasuk Kartosuwirdjo) dalam satu kelompok, dan sebagainya.

Apakah buku ini gagal menjadi buku tentang Bung Karno yang baik? Tidak juga. Buku ini cukup berhasil memberi ragam informasi kecil tentang Bung Karno sebagai manusia biasa selain sebagai presiden besar dan pejuang yang tak kena rasa takut. Buku ini bagus untuk orang-orang yang ingin tahu banyak tentang Bung Karno, orang-orang yang mungkin selama masa orde baru hanya mengenal Bung Karno sebatas sebagai proklamator dan presiden pertama Indonesia.

Hanya saja sayang sekali karena bahan yang sudah sangat baik ini tidak diolah dengan totalitas yang penuh. Cerita yang kurang dalam dan tema yang melompat-lompat cukup mengurangi nilai dari buku ini. Tapi sekali lagi, buku ini tidak jelek. Buku ini bisa direkomendasikan untuk Anda yang ingin mengenal lebih dekat sosok Putra Sang Fajar. [dG]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline