Lihat ke Halaman Asli

IPrice Group

TERVERIFIKASI

iPrice Insight

Logistik dan Sistem Pembayaran Masih Menjadi Tantangan "E-commerce" di Indonesia

Diperbarui: 24 Mei 2018   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana pelabuhan yang penuh dengan peti kemas. Sumber: shutterstock.com

Industri e-commerce di Indonesia nampaknya menjadi sorotan yang paling banyak dicermati. Dengan jumlah penduduk yang besar, penetrasi mobile yang sedang naik-naiknya, dan juga peningkatan jumlah kaum kelas menengah membuat negara ini memang memiliki lahan subur untuk pertumbuhan e-commerce.

Fenomena ini tidak hanya ditandai dengan meningkatnya jumlah pemain lokal yang menyambangi toko daring, tapi juga invasi dari pemain-pemain dari luar negeri. Alibaba Group misalnya, yang bulan Maret lalu telah mengakuisisi Lazada Group dengan menyuntikkan dana investasi tambahan. Selain Lazada, Alibaba juga telah menyokong US$ 1,1 miliar ke Tokopedia pada bulan Agustus 2017 lalu.

Tidak hanya Alibaba saja yang gesit membidik pasar Indonesia, jauh-jauh dari California, eBay.com juga joinan dengan Telkom untuk menyuntikkan dana sebesar US$ 35 juta ke Blanja.com di Maret tahun lalu.

Bank Indonesia menyebutkan selama 2016-2017, nilai transaksi belanja daring di Indonesia mencapai US$ 5,3 milyar. Nilai transaksi ini diprediksi akan meraih US$ 130 milyar di tahun 2020 yang dinilai sangat ambisius dan optimistis. Tidak heran bila mulai banyak pemain-pemain e-commerce lokal maupun internasional yang berlomba untuk merebut kue pasar yang lebih besar.

Salah satu gerakan yang paling lincah di Tanah Air adalah platform perdagangan elektronik dari Singapura bernama Shopee. Marketplace ini berhasil menunjukkan performa yang mumpuni dengan meraih ranking pertama sebagai aplikasi mobile paling popular di Android dan iOS, berdasarkan Peta E-commerce Indonesia.

Meski pasar Indonesia begitu menggiurkan, namun ada beberapa tantangan mungkin masih menjadi momok yang menghantui setiap pemain e-commerce di negara ini.

Logistik yang Masih Semrawut

Tidak bisa dipungkiri, ukuran geografis Indonesia yang terdiri ribuan kepulauan dan luas sebesar 1,9 juta km persegi menjadi tantangan penting dalam logistik. Pengiriman barang dari Indonesia bagian Barat ke bagian Timur menjadi hal yang tidak mudah.

Padahal ongkos kirim adalah salah satu faktor penting yang menentukan keputusan pembelian konsumen. Promosi bebas ongkir menjadi salah satu strategi yang merogoh modal banyak bagi pemain e-commerce, terutama bagi UKM.

Kesemrawutan logistik ini juga dialami oleh e-commerce yang mengimpor barang-barang dari luar negeri. Beberapa problem klasik yang kerap disebut-sebut adalah karena sempitnya rantai distribusi, dwelling time yang lama di pelabuhan, serta antrian bea cukai yang melelahkan.

Menurut Bank Dunia, sektor logistik telah menelan dana hingga 25% dari total GDP, di mana hal ini tertinggi di Asia Tenggara. Negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, dan Singapura hanya menelan maksimal 20% dari GDP mereka. Tingginya harga logistik ini memiliki dampak semakin mahalnya barang yang dibeli oleh konsumen.

Sistem Pembayaran yang Belum Terintegrasi

Transfer bank masih menjadi metode pembayaran yang paling popular di Indonesia saat belanja daring. Metode ini padahal sudah mulai ditinggalkan di negara-negara maju, contohnya di Singapura dan Hong Kong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline