Lihat ke Halaman Asli

Menghilangkan Kebiasaan Mengekori Orang yang Lebih Pintar

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kebiasaan mengekor sepertinya adalah suatu kegiatan yang sudah lama tidak disadari oleh kebanyakan orang, apalagi mereka yang saat ini masih duduk di bangku pendidikan, sangat tak mengherankan lagi tentunya, dimana mereka yang lebih pintar biasanya akan menjadi rebutan oleh mereka yang lebih suka nitip nama dari tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya. Fenomena yang sering kita lihat dan sering kita lakukan kan?

Fenomena kebiasaan mengekor ini baru saya sadari kemarin, saat dosen saya sedikit memberi pencerahan disaat sedang memberi bimbingan setelah menilai presentasi dari tugas yang diberikan, dari situ saya tersadar bahwasanya hanya ada beberapa orang saja yang benar-benar mempresentasikan materinya sesuai dengan versinya sendiri, sedangkan anggota kelompok yang lain kebanyakan hanya ngikut saja apa yang dikatakan oleh mereka yang berpresentasi sesuai versinya sendiri.

Saya masih belum tahu, apakah kebiasaan mengekor seperti ini masih sering terjadi di dunia kerja atau tidak, karena memang saya belum pernah memasuki dunia kerja yang sebenarnya sebelumnya. Tapi paling tidak, kebiasaan mengekori orang yang punya kemampuan lebih ini tentunya cukup bisa untuk mengganggu budaya di Indonesia kan?

Bagaimana tidak? Secara budaya itu kan tercipta karena adanya kebiasaan yang dilakukan secara terus-menerus, ya kan? Jika kebiasaan mengekor ini terus dilakukan sampai di masa depan nanti, tentunya ini bisa saja akan mengganggu budaya positif gaya hidup yang ada sekitar kita, ya kan? Sudah terlihat jelas kan sekarang apa dampak negatif dari kebiasaan mengekor ini?

Maka sudah seharusnya mulai dari sekarang kita harus bisa berdiri dan berjalan sendiri, bagaimana caranya? Kita bisa mencoba untuk belajar berdiri sendiri pada posisi yang sejajar dengan mereka yang punya kemampuan lebih. Kalau pun kemampuan kita saat ini belum mencukupi untuk mengimbangi mereka, tapi tentunya kita masih memiliki keunikan kita sendiri yang bisa kita gunakan sebagai media untuk mensejajarkan diri kita dengan mereka yang punya kemampuan lebih itu.

Kita bisa mempelajari apa yang mereka lakukan, untuk selanjutnya bisa kita pahami sesuai dengan versi atau pola pikir kita sendiri, dimana pola pikir tiap orang itu kan berbeda-beda, ya kan? Dengan begitu kita bisa menyatukan pola pikir kita dengan mereka yang punya kemampuan lebih, dan hasil dari penyatuan pola pikir itu pun bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan bersama.

Coba deh kita bandingin kalau kita cuma ngekor aja, tentunya lebih banyak dampak negatif yang akan kita dapatkan kan? Tidak hanya pekerjaan saja yang lebih lama penyelesaiannya, tapi kualitas kemampuan kita pun akan semakin jauh tertinggalkan oleh mereka yang terus memimpin kita, dan membawa kita entah kemana tujuannya, karena kita kan cuma ngekor aja, ya kan? Bisa-bisa kalau kita cuma ngekor terus, suatu saat dia (yang berkemampuan lebih) bisa saja memanfaatkan kita untuk berbagai tindakan. Ya gak apa-apa kalau tindakannya itu positif, lah kalau negatif?

Sebelum diakhiri, mungkin ini ada sedikit tips buat yang ngerasa suka diekorin oleh seseorang. Alangkah baiknya jika orang itu ditanyai apakah sudah bisa memahami materinya atau belum, dengan begitu kita bisa menyesuaikan proses pengerjaan tugasnya sesuai dengan kemampuan teman-teman kita yang lain. Semoga bermanfaat :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline