Ketika masih musim panas, siapa yang mampu menolak godaan es rasa-rasa bersoda? Ketika hanya dengan melihat saja, segarnya sudah begitu terasa dari bulir air di pinggiran gelas. Apalagi ketika meneguknya, glek, ah. Rasa segar dingin es dan semriwing soda seolah dengan mudahnya mengikis kerak-kerak panas di dinding kerongkongan. Bahkan hingga kini meski musim hujan telah tiba dengan ribuan kenangan mantan, godaan es soda masih susah terelakkan.
Air soda yang tanpa sengaja ditemukan oleh antek kapitalis barat, sepertinya telah menjadi bagian dari gegap gempita budaya hedon yang konsumtif. Tidak sejalan dengan semangat kemandirian yang tengah digembar-gemborkan kritikus pemerintahan negara akhir-akhir ini. "Kita harus menjahui produk kapitalis," kira-kira begitu. Lagipula negara sedang berhemat. Macam-macam subsidi konsumtif pelahan-lahan dicabut. Ah sudahlah, saya bingung sendiri dengan paragraf ke dua ini akan ditulis bagaimana lagi. Kita pindah saja ke paragraf ke tiga.
Gelembung soda. Setelah melakukan riset dengan peralatan tercanggih abad ini, yaitu Google, saya menemukan bahwa gelembung soda itu rupanya sejenis dengan gas karbondioksida yang kerennya ditulis dengan CO2. Itu sebabnya minuman bersoda disebut juga dengan minuman berkarbonasi. Bahkan minuman keras semacam bir juga merupakan minuman berkarbonasi. Katanya sih. Kemudian pertanyaan muncul, mengapa harus membeli karbondioksida mahal-mahal jika kita bisa membuatnya sendiri. Bahkan gratis.
Pelajaran zaman sekolah menengah pertama dulu mengajarkan bahwa manusia bernafas menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Ya, karbondioksida yang sama jenisnya dengan gelembung gas yang muncul di minuman bersoda. Tidakkah ini memunculkan ide bagi Anda untuk membuat minuman bersoda DIY? Do It by Yourself? Semisal segelas air putih kemudian Anda tiup dengan hembusan nafas yang mengandung karbondioksida. Agar lebih mirip barangkali bisa digunakan sedotan kemudian tiupkan nafas Anda dari dalam air. Blukuthuk-blukuthuk.
Jika mulai bosan dengan rasanya, bisa dicoba juga dengan sumber karbondioksida lain selain hembusan nafas. Semisal asap buangan kendaraan bermotor. Bukankah hasil pembakaran juga menghasilkan karbondioksida?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H