Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Rahman

Orang biasa yang suka menulis

Saya dan Orang Buta

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Muhammad Asnawi, namanya tetanggaku yang berjarak sekitar 150 meter dari rumah, orangnya masih muda dan energik berumur sekitar 35 tahun . Tapi sejak lahir telah ditakdirkan Allah tidak bisa melihat, dia bukan penduduk disini. Menumpang kos dirumah tetangga disediakan 1 buah kamar sebagai tempat praktek pijat refleksi dan pijat kesegaran.

Asnawi mempunyai 3 orang anak, 1 perempuan dan 2 laki laki, 1 orang bersama dia. Sedangkan yang satu laki ditempatkan di Panti Asuhan, anak permpuannya kerja di warung kecil di Terminal di Kota kecilku. Sejak beberapa tahun yang lalu telah ditinggal isterinya yang normal. Keseharian dia hidup bersama anaknya yang berumur 9 tahun.

Keterampilan yang dia miliki adalah Pijat memijat yang didepan rumahnya bertulisan Pijat Berijazah. Lumayan juga pendapatannya, ada saja yang mau pijatnya, bersedia dibawa kemana saja kerumah orang yang mau dipijat.

Untuk memperlancar pergaulannya dia mempunya sebuah handpone merk Nokia, selalu dia bawa, nah keterampilan menulis membalas sms, membaca ( orang lain yang membacakan) dengan berdasarkan nada tombol, juga di hafal nama orang yang akan dikirim sms tersebut. Itu bila sudah termasuk daftar buku hpnya.

Nah yang mau kuceritakan adalah tentang shalat berjama'ah di mushala ( langgar), dari rumah dia berangkat menuju musahala dengan pelan pelan mengayun ayunkan tongkat ajaibnya dan berdasarkan suara adzan saat dikumandangkan. Tapi bila dia rajin bangun pagi pukul 04.30 ( Pkl 04.50 Shubuh Wita) dia tiba duluan di mushala. Berhubung masih awal dia berwudu dulu dan mencari sendiri kunci pintu yang memang diletak atas pintu, terus menuju depan mencari pengeras suara serta microphon ( kontak listik dipasang nya) dengan cara meraba - raba.

Saya yang normal paling dekat dengan Mushala, kalah cepat dengan Asnawi. Panggilan adzan subuh bergema dengan suaranya yang lembut dan pelan. Keadaan mushala masih gelap total. Maklum dia kan buta. Saya akan berlari ku mushala untuk membuka pintu, membuka karpet, membersihkan karpet dan menyalakan lampu.

Jadi diantara kelebihan dia , imannya dan keislaman nya tetap kuat, saya jadi malu bila duluan dia datang.Mushala di tempat tinggalku ini bila shalat subuh berisi cuma 3 -4 orang saja, termasuk jamaah wanita 1- 3 orang. Semoga Allah merahmati dia dan mengampuniNya. Amin. dan kita orang yang normal amal ibadahnya dapat lebih lagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline