Lihat ke Halaman Asli

Be a Normal

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Normal adalah tidak berbeda dengan yang lain. Tidak aneh. Manusia berjalan menggunakan sepasang kaki, seekor kuda berlari dengan empat kakinya, itu normal.

Kalau begitu, siapa yang menetapkan manusia berjalan dengan sepasang kaki dan kuda berlari dengan empat kakinya?

Normal bukan ditetapkan, terjadi secara alamiah. Adaptif. Terjadi begitu saja.

Lalu bagaimana dengan orang yang dilahirkan buta? Apakah orang-orang akan menganggapnya normal?

Oh, tidak, tidak. Normal adalah proses generalisasi. Dari sebuah populasi lalu dengan metode-metode yang objektif dan akurat diambil beberapa sample yang mewakili populasi. Hasil amatan sample itulah normal. Jadi, dapat dikatakan bahwa normal adalah suatu hasil dari analisis statistika terhadap alam yang terjadi secara alamiah.

Bagaimana jika populasi itu adalah sebuah sekolah khusus tunanetra? Seluruh populasi adalah orang-orang buta. Apapun metode sampling yang digunakan, tentunya akan menghasilkan satu sample, orang buta. Lalu, disimpulkan buta adalah normal?

Bukan begitu, populasi yang digunakan haruslah semesta alam. Bukan sekumpulan kecil dari sebuah populasi yang besar. Untuk dapat menghasilkan normal, populasinya haruslah yang terbesar. Haruslah alam itu sendiri, karena normal itu alamiah.

Kalau begitu, kenapa normal ditetapkan demikian? Haruskah normal itu sebuah proses statistika dengan populasi terbesar, alamiah? Jadi, normal itu ditetapkan? Normal itu sebuah konvensi? Konvensi kalau orang buta adalah tidak normal, karena ada manusia yang tidak buta?

Ya. Menjadi normal ternyata hanyalah menjadi seperti apa yang telah di konvensikan. Buta adalah tidak normal, karena sample-sample yang mewakili populasi semesta adalah bukan orang-orang buta. Suatu saat, jika orang yang dapat melihat tinggal seorang saja, orang buta adalah normal.

Jadi, janganlah bersedih kawanku jika kau tidak bisa melihat. Jangan risau jika kau dianggap tidak normal. Tidak normal berarti diluar kebiasaan. Di luar kebiasaan berarti luar biasa. Luar biasa itu hebat. Bergembiralah kawan, ternyata kau orang yang hebat. Kau masih bisa menatap hidup walaupun tidak bisa melihat, kau sungguh hebat, amazing, sobat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline