Lihat ke Halaman Asli

Arifin Yusli

Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta

Memudarnya Kebudayaan Tradisional Lokal di Era Digital Saat Ini

Diperbarui: 23 Maret 2023   04:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kontan.co.id

Budaya merupakan warisan yang ditinggalkan oleh nenek moyang atau leluhur yang tak ternilai harganya. Indonesia disebut negara maritim karena dikelilingi banyak pulau, bahasa dan adat budaya Indonesia sangat kaya dan beragam.

Karena keragaman inilah Indonesia menjadi daya tarik bagi negara-negara lain di dunia, bahkan mereka mengkaji karena selain keragaman, budaya Indonesia dikenal sangat unik dan menarik perhatian wisatawan mancanegara untuk melihat keragaman budaya kita. Namun, budaya Indonesia telah memudar seiring berjalannya waktu. Perkembangan teknologi telah menyebabkan banyak kebudayaan dilupakan dan ditinggalkan oleh kalangan remaja.

Dibandingkan dengan teknologi atau permainan modern, sangat jauh dari anak-anak yang tidak malas belajar, mereka juga bermain mainan modern daripada merawat diri sendiri dan tidak peduli terhadap lingkungan. Jika Anda membandingkan generasi muda masa lalu dengan generasi sekarang, teknologi yang hampir tidak ada sangat berbeda.

Jika Anda melihat sekarang, alat musik tradisional dan tarian tradisional jarang ditampilkan. Lagu anak-anak juga jarang dinyanyikan, jika Anda bertanya-tanya berapa banyak anak yang bisa menyanyikan lagu anak-anak? Mungkin jawabannya hanya segelintir dari jutaan anak di Indonesia. Buku cerita untuk anak juga jarang dikembangkan. Meskipun dongeng anak-anak juga sangat penting, mereka dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

Memudarnya budaya tradisional juga karena perkembangan teknologi yang semakin maju, permainan modern semakin menarik dan menyenangkan bahkan di kalangan remaja. Gadget saat ini lebih banyak menarik perhatian anak-anak generasi milenial bukan budaya tradisional, namun pemuda dan anak-anak kita harus bisa melestarikan budaya tradisional agar tidak dijajah dan dicuri oleh negara tetangga.

Untuk menghadapi tantangan di depan mata kita, kita perlu mengambil pendekatan yang berbeda untuk melihat masalah secara holistik. Salah satu kemungkinannya adalah dengan menggunakan konsep VUCA. Dengan analisis VUCA, kita dapat lebih memahami “memudarnya budaya lokal di era digital” sebagai tantangan masa depan yang akan di penuhi oleh teknologi yang lebih canggih lagi, tentunya lebih menarik perhatian para remaja.

Volatility: Permainan lokal yang dulu membawa keberuntungan, seperti layang-layang, engklek, kelereng, petak umpet, congklak, kini telah tergantikan dengan tulisan dan gambar bergerak di gadget. Lagu dan tarian tradisional bertransformasi menjadi modern dance dan K-POP. Gaya pakaian modern kini telah menggantikan pakaian tradisional.

Uncertainty: Perkembangan teknologi telah membantu kebutuhan kita sehari-hari, namun di sisi lain juga telah merusak kehidupan kita. Akankah generasi muda berpaling dari budaya lokal dan merangkul teknologi modern?

Complexity: Tergerusnya budaya dan permainan lokal dapat disebabkan oleh iming-iming globalisasi dan teknologi modern yang menawarkan sesuatu yang serba praktis dan cepat. Akses yang luas terhadap informasi dan komunikasi dapat memicu berita bohong, kemarahan, dan perasaan tidak aman.

ambiguity: Kita seakan tidak paham bahwa generasi muda sudah mulai lumpuh dan melupakan budaya lokal. Haruskah kita menerima hal ini atau mencoba memulihkan apa yang hilang dari kita?

Lalu bagaimana kita menyikapi hal ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline