Jakarta adalah tempat pertama kali ditemukan kasus Covid 19 di Indonesia dan dianggap sebagai pusat penyebaran Covid 19 ke daerah lain.
Karena masa inkubasi Covid 19 adalah 14 hari, maka timbul pemikiran pencegahan dengan Stay at Home (SAH) dan Workk from Home (WFH) dgn isolasi selama 14 hari, pegawai dihimbau bekerja dari rumah saja, sekolah/ kuliah diliburkan karena penularan lewat droplet dan jangkauan batuk berdahak sekitar maksimum 2 meter, maka pemikiran pencegahan dengan jaga jarak atau phisical distancing minimal 1 meter
Dengan logika tersebut, bila SAH n WFH ditaati, maka saat masa 14 hari tersebut ada gejala batu pilek dan atau demam, maka bisa ke RS untuk dapat ditentukan ODP ( Orang Dalam Pengawasan ) ataupun PDP ( Pasien Dalam Pengawasan) sesuai SOP.
Payahnya, boro2 SAH n WFH mereka anggap hadiah cuti, shg bukan SAH atau pun WFH, tapi justru mudik Payah bener, akhirnya menyebarkan Covid 19 ke daerah.
Mengamati situasi Indonesia saat ini, dimana Covid 19 sudah makin menyebar ke daerah2, menurut saya ini akibat era milenial yang EGP, menganggap remeh penyakit ini.
Baru 2 Minggu ini mereka tersadar bahwa penyakit ini sangat berbahaya, terlepas dari banyaknya hoax, paling tidak usaha menakut nakuti baru berhasil ( memberi tahu tapi dianggap menakut nakuti) setidaknya Minggu ini baru mereka maklum perlunya SAH n WFH dan logikanya.
Mulai banyak lockdown atau apapun namanya yang dilakukan masyarakat agar tidak makin menyebar. Bahkan MUI pun menyarankan untuk Indonesia lock down.
Karena 2 Minggu sudah berlalu dan masyarakat banyak yang tidak mematuhi, sekarang diperpanjang 2 Minggu lagi untuk himbauan SAH n WFH.
Dengan tindakan Pemerintah dan aparat yang makin tegas, antara lain membubarkan keramainan seperti pesta pernikahan dll dan kesadaran masyarakat, semoga 2 Minggu kedepan ada hasilnya.
Semoga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H