Lihat ke Halaman Asli

“Bapa, Ma, Ibu, Elan Pergi ya”

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menjerit ketika sakit itu begitu menyiksaku,aku berteriak histeris dalam nada protes pada Allah,ketika derita itu begitu panjang.ditengah usahaku, Betapa salehnya doa-doaku ternyata sia-sia, lantaran besaran doaku ta seimbang dengan beratnya derita anakku.

Aku bernada dalam sakit…. Sakit menatap duka hari ini,sakit menatap duka anakku, dalam derita….derita menyaksikan kafan duka menutup tubuh anakku. Aku lebih baik megarungi kafan yang sama dengan anakku dari pada hidup meniti derita panjang dalam duka,sakit tak terbendung.

.Lemah ragaku,letih jiwaku meneriakan daras-daras doaku, seakan ketidak adilan lebih bersahabat denganku. Masih adakah sisa cinta,tentram damai bagi aku??lara dalam lantunan mengiring luka, duka menyatu dalam rasa sakit dan dukaku membiusku dala keputusan yang bersahabat dalam tanya’masih adakah keadilan dan cinta Tuhanpadaku??

Mestinya aku sudah berlari sekuat mungkin, berlari meninggalkanMu dan mencari tuhan saya sendiri, namun lesu semakin saja menjadi langkah ini terhentak untuk beranjak, suara anakku lembut,halus terdengar”mengapa bapa meninggalkanNya?,lari dariNya?.mengapa bapa hanya mencintai saya? bapa,mencintaiNya tanpa harus menderita tidak mungkin bapa!.” Suara itu semakin halus dan lembut “BAPA, MA IBU, ELAN PERGI YA!”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline