Lihat ke Halaman Asli

@adaraldila : Hujan yang (Tidak) Marah

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan jatuh dari malam kemarin Dan sepertinya juga masih belum akan pulang malam ini Lalu aku masih terus berada jauh darimu Harus tetap untuk cukup puas dengan menemukan lampu – lampu kuning yang ercahaya lalu memantulkan wajahmu pada titik – titik air yang jatuh diatas jalan raya Aku merindukanmu Mungkin sudah bosan kamu mendengarnya Mungkin juga sudah ratusan kali aku menyatakannya Tapi aku memang hanya bisa mengatakan itu sambil terus membayangkan kita berada dekat dan saling memberi pelukan Mari sini sayang Beri aku jemari yang katamu hanya akan lengkap sela – selanya bila diisi jari – jariku Mari sini sayangku Berada tepat disamping kiriku untuk membuatku yakin tidak perlu bertanya kapan hujan ini reda Sorot lampu mobil pecah dimata dan aku memang masih seperti nambak bahagia dengan kesendirian Tapi aku selalu tahu bahwa bersamamu adalah baik Sebaik aku terus merasa merindumu adalah bagian terbaik yang akan terus melindungiku Bahkan dalam badai sekalipun Manisku Aku masih akan terus bersama kesendirian ini Hingga tiba suatu hari dimana bersamamu adalah keniscayaan Dimana aku tidak akan lagi menyembunyikan wajah pucatku dari sorot lampu mobil yang menemukan betapa dinginnya aku malam ini bersama hujan yang bagiku tidak marah melainkan menemaniku. --- ps : untukmu yang jauh dan untuk dua sejoli yang berpelukan menunggu hujan reda. :)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline