Lihat ke Halaman Asli

Pejabat Singapore Kekanak-Kanakan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usman dan Harun adalah pahlawan bangsa, mereka gugur setelah menjalankan tugas negara, rakyat Indonesia sangat menghargai pahlawanya, jadi tidak ada yang salah bilamana angkatan laut Indonesia mengabadikan nama Usman Haji Mohamad Saleh dan Harun Said sebagai nama salah satu dari tiga kapal perang yang baru.

Pemberian dengan nama Usman Harun telah melalui proses yang panjang dan juga dengan mempertimbangkan keinginan serta dukungan dari rakyat Indonesia yang berjumlah sebanyak 230 juta lebih, tentu sangat tidak berkeadilan bilamana pemberian nama itu dihentikan hanya karena tengang rasa dengan rakyat singapore yang hanya berjumlah sebanyak lima juta orang. Peristiwa sengketa masa lalu biarkanlah menjadi bagian dari sejarah kedua negara, dan juga biarkan saja masing-masing negara mengenangnya dengan cara masing-masing, kapal perang baru itu beroperasi di wilayah Indonesia untuk menjaga keamanan dan sudah pasti tidak akan ditujukan untuk kembali mengebom Singapore.

Boleh saja pejabat pemerintah Singapore memberikan penilaian beda, tetapi jangan melarang cara rakyat Indonesia dalam menghargai pahlawannya, bilamana Singapore melihat dari segi berbeda dan menganggap itu suatu tindakan tercela, maka rakyat Indonesia sudah lama sekali tersakiti oleh perilaku pemerintah Singapore dan itu berlangsung terus tanpa ada secuilpun peduli dengan perasaan rakyat Indonesia, berapa banyak koruptor Indonesia yang nyaman tinggal di Singapore, dan sudah berapa banyak uang rakyat Indonesia hasil korup yang disimpan dan dilindungi oleh pemerintah Singapore, dan itu belum lagi perasaan tersakiti oleh perilaku membuang limbah seenaknya diwilayah Indonesia danmengeruk pasir untuk memperluas tanah airnya, tetapi untuk perilaku tercela itu pemerintah Singapore mati rasa dan memandangnya suatu kepantasan dan menikmatinya.

Menteri Sosial dan Pengembangan Keluarga Chan Chung Sing serta Menteri Tenaga Kerja Singapore Tan Chuan Jin mengomentari pemberian nama Usman Harun itu diakun facebooknya dengan mengatakan bahwa pemberian nama itu sebagai cerminan rasa tidak hormat, tidak berperasaan dan kekurang pekaan yang ditunjukan oleh Indonesia dan lebih lanjut Tan menulis di facebooknya bahwa Tindakan penamaan itu adalah satu hal untuk mengingat pahlawan anda dari perang kemerdekaan atau mereka yang telah membangun bangsa, tetapi ini berbeda ketika anda memuji mereka dalam cara brutal pengecut. Tidak ada yang heroik tentang membunuh warga sipil yang tidak bersalah.

Kalau pejabat Singapore menulis begitu, tentu akan menimbulkan pertanyaan pada rakyat Indonesia dengan perilaku pemerintah Singapore yang telah bertahun-tahun menikmati uang rakyat Indonesia yang digarong oleh para koruptor Indonesia yang lari dan bersembunyi dengan keamanan yang diberikan oleh pemerintah Singapore, sepertinya pemerintah Singapore juga tidak berperasaan dengan perilaku sangat tercela itu dan dengan sikap angkuh plus sombong sengaja mengabaikan perasaan 230 juta lebih rakyat yang menderita karena uangnya digarong dan uang haram itu pun digunakan oleh Singapore untuk membangun dan mensejahterakan rakyatnya, dan belum lagi perilaku tercela membuang limbah serta mengeruk pasir Indonesia untuk memperluas wilayahnya.

Sungguh aneh pejabat Singapore itu, untuk pemberian nama sebagai ungkapan penghormatan atas pahlawannya dan hanya untuk satu nama itu, Indonesia telah dinilai tidak berperasaan, tidak menunjukan rasa hormat dan kurang peka, tetapi untuk perilaku menampung uang haram hasil korupsi dan koruptornya serta membuang sampah dan mengambil pasir Indonesia, pemerintah Singapore seperti mati rasa, padahal itu adalah perilaku sangat tercela tidak beradab yang dilakukan oleh pemerintah yang mengatakan dirinya terhormat dan bermartabat, perilaku semacam itu hanya pantas dilakukan oleh kanak-kanak yang hanya berpikir kehormatan dan kepentingan sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline