Mengulik data laporan rating dan share Nielsen tentang program televisi favorit yang beberapa kali mencapai rating pemuncak, ternyata tidak terlalu sulit. Sinetron Anak Langit dan Orang Ketiga, Tayangan Sepak Bola Liga 1 & Piala Anniversary dan Reality Show Misteri, Karma adalah contohnya yang secara bergantian menjadi pemuncaknya di bulan April 2018 lalu.
Tayangan diatas hanyalah gambaran bagaimana mayoritas penonton baik dilihat dari parameter usia ,domisili, status ekonomi dan selera dari 12 kota yang dihitung melalui metode People's meter milik Nielsen menyukainya. Tayangan tentang Gang Motor (Anak Langit), Perselingkuhan Drama Keluarga (Orang Ketiga), Tayangan langsung Sepakbola (Liga 1) dan Reality Show "Horor" (Karma) menggambarkan selera penonton yang "mungkin" dalam kesehariannya dekat dengan tema-tema tersebut dan menjadikannya sebagai tayangan "hiburan".
Ya hiburan yang lagi-lagi mungkin bisa membunuh kepenatan dan kejenuhan mereka dengan kondisi ekonomi Indonesia yang belum kunjung baik dan hiruk pikuk masalah politik jelang Pilpres 2019 yang memusingkan kepala. Bagaimana mungkin kita bisa 'memaksa' penonton yang mayoritas dari kelas ekonomi bawah dan berpendidikan rendah disuruh menonton tayangan dialog, talk show, dokumenter dan berita yang punya nilai intelektual tinggi.
Program televisi tetap jadi hiburan masyarakat bawah walaupun mereka dijejalin sponsor baik di commercial break maupun di body program yang sesungguhnya mengganggu estetika acara tersebut. Tapi mau apa lagi? Dengan bintang-bintang sinetron yang muda, bening dan ganteng, sudah pasti ini jadi salah satu faktor pemikat.
Tayangan sepakbola jangan ditanya, seperti dalam tulisan saya sebelumnya hampir semuanya dilahap terutama yang ditayangkan di televisi swasta besar dari Liga 1, Anniversary Cup, AFC Cup, dan Liga Premiere Inggris. Bahkan Liga Champions yang ditayangkan pada dini hari, sharenya hampir mencapai 50 persen, padahal penontonnya banyak yang harus pergi sekolah, kuliah dan kantor pada pagi harinya.
Sedangkan tayangan misteri "Karma" yang diproduksi ANTV dan sebuah rumah produksi dari Thailand menggambarkan tema-tema mistis tetap digemari dan dekat dengan keseharian penonton (Ingat kesuksesan program Dunia Lain di Trans TV beberapa tahun lalu serta Film Pengabdi Setan). Lucunya, selain tayangan reality show ini yang dipandu Robby Purba dan Roy Kiyoshi, program ini punya "teman" yaitu "Karma,The Stories" yang juga berating tinggi. Dan pintarnya bahan ceritanya diambil dari kisah masing-masing peserta yang pernah dijadikan sosok pilihan dari 31 peserta yang ikut dalam program tersebut setiap harinya.
Dari data diatas sepertinya Gang Motor, Perselingkuhan, Misteri (Horor) dan Sepak Bola adalah tayangan yang ditunggu pemirsa di rumah. Bisa ditebak tidak lama lagi, tayangan dengan tema seragam akan muncul demi meraih TV Share dan TV Leader nomor satu. Bukankah tayangan televisi itu intinya sebagian besar sebagai sarana jualan produk? Bukankah kalau tayangan tidak sukses alias berating rendah bisa mengacaukan cash flow?
Dengan aturan iklan rokok yang merupakan salah satu sponsor televisi terbesar ditayangkan setelah pukul 21:30 para programmer televisi harus memutar otak untuk menyiasatinya. Menyadari mayoritas televisi beroperasi selama 24 jam dan tidak mungkin seluruh programnya ditonton pemirsa, jadi kalau ada program yang berating tinggi pastilah keuntungannya untuk membiayai produksi (subsidi silang) dengan program lain yang berating rendah. Begitulah hukum ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H