Lihat ke Halaman Asli

Iwan Permadi

TERVERIFIKASI

Pekerja kreatif televisi dan Guru Bahasa Inggris

Pemanasan Global dan Semakin Naiknya Tinggi Samudra

Diperbarui: 3 April 2018   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu jumlah pulaunya, Indonesia wajib berhati-hati dan waspada dengan dampak pemanasan global(Global Warming), karena para ahli sudah menyimpulkan bahwa naiknya permukaan air laut adalah karena akibat pemanasan global.  Global Warming yang diakibatkan oleh terjebaknya panas matahari yang seharusnya ke luar angkasa namun tertahan oleh gas efek rumah kaca yang jumlahnya berlebihan karena peran manusia dalam menggunakan energi bahan bakar fosil, membuat samudra menjadi lebih hangat dan berakibat permukaan air laut makin naik.

Ada dua hal yang membuat  air laut bertambah naik yaitu ekspansi/perluasan panas (thermal expansion) dan melelehnya es (melting ice) di Kutub Utara dan Selatan. Para ahli menghitung pada abad lalu permukaan air laut telah naik antara 10 hingga 20 centimeter. Analogi dari thermal expansion adalah sebagaimana kita melihat gerakan thermometer ketika suhu panas berlangsung, cairan air raksa didalamnya akan bergerak naik dan begitu pula juga dengan air laut yang makin naik akibat pemanasan global. Pada abad lalu (abad 20-tahun 1900-2000), samudra bertambah panas 0.1 derajat Celcius, dan ini kelihatan kecil namun para ahli menemukan makin panasnya lautan menyebabkan setengah/50 persen dari kenaikan permukaan air laut itu (rising sea levels).

Alasan berikutnya dengan melelehnya sebagian besar es di Kutub Utara dan Selatan yang juga mempunyai musim panas (summer) dan dingin (winter) sebagaimana daerah lain di bumi ternyata berdampak buruk saat kedua musim itu tiba.  Akibat pemanasan global ketebalan es di kedua kutub tersebut makin tipis (thinner) dan area yang ditutupi es makin sedikit (smaller) sehingga ketika musim panas datang, es ini gampang meleleh dan tercebur ke laut dan ini membuat tinggi permukaan air laut naik.

Hal ini sungguh berbahaya bagi manusia yang 40 persen populasinya tinggal atau hidup yang jaraknya kurang lebih 100 km dari lautan, terutama kota-kota besar yang ditinggali populasi yang besar seperti Shanghai-China, Hanoi-Vietnam dan Jakarta-Indonesia. Potensi air bah/banjir dari lautan mengancam ketiga kota ini bila naiknya permukaan air laut tidak diantisipasi.

Di Amerika Serikat (AS) ada sekitar lima juta penduduk yang tinggal di pemukiman yang tingginya kurang dari satu setengah dibawah permukaan air laut seperti di New York dan Miami dan mendapatkan dampak banjir dari laut walaupun kenaikannya tidak banyak. Namun bila kenaikannya tinggi, mereka terpaksa harus mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.

Dampak dari masuknya air laut adalah karena air ini mengandung garam (salt) sehingga manusia tidak bisa mengkonsumsinya dan air laut ini juga meracuni sumber air bersih di daratan dan mengancam kehidupan makhluk hidup serta berdampak ekonomi yang sangat besar terutama bagi mereka yang tinggal di kawasan pantai (coastal areas).

Bahaya lingkungan ini khususnya bagi Indonesia terbilang serius dan harus diantisipasi karena pemanasan global  akan terus berlangsung sebagaimana ramalan para ahli hingga menjelang tahun 2100 , tinggi air laut akan mencapai 1-4 feet atau antara 0.3 hingga 1.2 meter. Bahkan para ahli meramalkan Samudra Arktik (Arctic)di Kutub Utara akan bebas dari lapisan es (ice free) pada musim panas sebelum pertengahan abad ini dan itu akan berdampak besar pada makin tingginya permukaan air laut di seluruh bumi - dan itu tidak lama lagi. 

Sea level rise is like an invisible tsunami....(Naiknya permukaan air laut seperti tsunami yang tidak terlihat)

Ref : Dari sejumlah sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline