Judul diatas bukanlah saya tidak setuju dengan penilaian itu tapi melihat kenyataan banyaknya orang menggunakan istilah Bahasa Inggris dalam keseharian bukankah itu pertanda bangsa atau rakyat Indonesia paham dan mengerti tentang Bahasa negeri Ratu Elizabethini? Fenomena istilah "kids jaman now" yang dianggap istilah trend saat ini yang rupanya hanya orang Indonesia yang mengerti yang artinya "anak-anak jaman sekarang" tapi biar terlihat keren maka dicampur aduk dengan Bahasa Inggris, tapi akhirnya terkesan cuma lucu-lucuan dan tidak mendidik untuk belajar dengan baik benar tentang Bahasa Inggris dan Bahasa kita sendiri, Bahasa Indonesia. Tapi syukurlah media digital seperti Kompasiana menghindari kelatahan itu dalam judul beritanya dengan tag line seperti Kids Jaman Now, karena media tempat banyak bloggerini bernaung tetap ingin mendidik pembacanya agar tetap mencintai bahasa miliknya dengan memberikan contoh yang sesuai pakem yang ada.
Berdasarkan laporan edisi ketujuh tentang Indeks Kecakapan Bahasa Inggris dari EF Learning Labs ,divisi penelitian dan inovasi EF Education First, terungkap peringkat kecakapan orang Indonesia ada di peringkat ke 39 dari 80 negara yang disurvey. Peringkat ini turun dari posisi sebelumnya yaitu 32pada tahun 2016. Posisi ke 39 dikategorikan rendah, namun tidak sangat rendah seperti pada awal survey ini dilaksanakan pada tahun 2011dimana posisi Indonesia ada di peringkat ke 34 dari 44 Negara. Setelah tahun 2011 posisi Indonesia berangsur baik yaitu 27 dari 54 negara (2012),kemudian 25/60 (2013), 28/63 (2014), 32/70 (2015) dan 32/72 (2016) yang dikategorikan dalam peringkat kecakapan menengah.
Penelitian yang dilakukan oleh divisi dibawah EF Education First sebuah perusahaan pendidikan internasional yang berfokus pada bahasa, akademisi, dan pengalaman budaya yang didirikan tahun 1965ini memang mengagetkan karena selama dalam kurun waktu empat tahun (2013-2016). Indonesia ada posisi menengah mendadak turun menjadi rendah seperti posisi pada tahun 2012. Kalau dilihat dari peserta negara yang disurvey makin banyak negara yang disurvey posisi Indonesia makin melorot, artinya bisa jadi kalau yang disurvey lebih banyak negara lagi, posisi Indonesia makin melorot lagi hingga sangat rendah seperti tahun 2011. Artinya bisa diukur kemampuan kecakapan berbahasa Inggrisnegeri ini seperti jalan di tempat dan kasarnya "tidak maju-maju".
Dibandingkan dengan peringkat Indonesia dengan negara-negara Asia lainnya Indonesiamungkin bisa memaklumi kalau Bahasa Inggris disini masih dikategorikan sebagai Bahasa Asing (Foreign Language) tidak seperti orang di Singapura, Malaysia dan Philipina yang termasuk bahasa kedua (Second Language) selain bahasa asli mereka. Dengan ketiga negara atas kalau dibawah mereka masih maklum namun bagaimana dengan misalnya Vietnamyang juga menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa asing, ternyata kita dibawah mereka. Vietnam ada di peringkat ke 34. Jepang? Mereka ke 37, sementara Korea Selatan ke 30. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia hanya unggul dari Thailand (53), Kamboja (77) dan Laos (88).
Kemampuan yang rendah dalam kecakapan Bahasa Inggris artinya orang Indonesia hanya memahami pembicaraan Bahasa Inggris yang tergolong sederhana (simple) seperti dalam mengucapkan salam(greetings) dari Good morning, menanyakan kabar (How are you?) dan berpisah (Good Bye). Artinya untuk melakukan negoisasi, mediasi dan diskusi masih jauh langkahnya untuk bisa dilakukan. Dan inilah mutu sumber daya manusia seharusnya yang harus ditekankan dan dikembangkan, karena dengan sumber daya alam yang berlebih tapi Orang Indonesia tidak piawai dalam berdiskusi, akhirnya devisanya banyak diambil bangsa asing.
Peserta survey test kecakapan ini terdiri dari 80 negara dimana masing-masing negara minimal menyertakan 400 perwakilannya. Total respondennya lebih banyak prianyayaitu lebih dari 52 persen sementara usia pesertanya rata-rata 26 tahun atau rata-rata kelahiran tahun 1990/1991. Diakui terjadi bias dalam pesertanya terutama yang memang tertarik dengan pelajaran Bahasa Inggris dan tidak, tapi itu tidak banyak karena mereka yang ikut rata-rata orang yang berusia dewasaatau usia kerja.
Untuk kemampuan dalam negeri DKI Jakarta menduduki peringkat pertama baik propinsidan Kota Besar yang piawai dalam bahasa ini dibandingkan propinsi dan kota besar lainnya di Indonesia. Hal ini memang dimungkinkan adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang mencukupi bagi penduduk di wilayah ini mengakses informasi tentang bahasa ini.
Masalahnya Indonesiabukanlah DKI Jakarta saja, ada puluhan propinsi lain yang juga memerlukan kecakapan Bahasa Inggris yang semakin lama sudah semakin wajib dipelajari. Dan ini pekerjaan rumah bersama bukan hanya tugas Bapak dan Ibu Guru di sekolah semata tapi yang terpenting peran orang tua dalam memberikan bimbingan dan pencerahan kepada anak-anaknya.
Seperti halnya budaya membaca orang Indonesia yang juga ada peringkat terendah yaitu ke 60 dari 61 negara, sepertinya anak-anak Indonesia perlu contoh dan keteladanan dan itu terutama dari orang tua. Guru dan Negara hanya mendukung tapi tidaklah paling utama.
"I have never let my schooling interfere with my education." Mark Twain (Saya tidak pernah membiarkan sekolah saya mengganggu pendidikan saya)
Semoga bermanfaat.