Saya pikir julukan sebagai juara bertahan dalam pagelaran tinju dunia kelas welter ini cukuplah bukan Mayweather tapi Mayrunner. Dari 12 ronde pertandingan Mayweather selalu ingin cari aman yang penting nggak kalah, apalagi konon dia dibayar 1.9 trilyun rupiah, lebih 700 juta dari yang diterima Pacquaio (Pacman). Promosi besar-besaran, penjualan tiket yang cepat ludes, pertandingan tambahan yang lumayan bagus akhirnya berakhir dengan antiklimaks. Ini benar-benar pertandingan rekayasa dan kalau dibilang reality show...reality show yang gagal total.
Kembali kalau kita membandingkan dengan pertarungan Muhammad Ali dan Mike Tyson, pertandingan tinju kali ini nggak ada apa apanya. Era Ali menawarkan keindahan bertinju, era Tyson menyajikan keefektifan bertinju dan era ini memperlihatkan rekayasa yang nggak lucu. Judulnya mereka akan diadu ulang lagi dan duit lagi buat promotor dan sponsor....showbiz dan bukan prestasi.
Sudah menjadi rumus bahwa juara bertahan harus dijatuhkan baru gelar juara WBA,WBC dan WBO bisa diambil, kalau hanya menang angka , juara tetap dimiliki juara bertahan. Selain itu juga pertandingan tinju ini apanya yang rumble (gemuruh/gelegar)...ini seperti adegan lari-lari di Car Free Day...
Jelas pertandingan tinju ini kalah kelas dengan film-film produksi Hollywood ala Rocky dan Raging Bull. Kedua film ini memperlihatkan tidak hanya tehnik film yang mumpuni namun juga karakterisasi petinjunya yang bisa menjadi inspirasi penonton. Pergerakan kamera dan sound effect yang mendukung membawa kita menjadi bagian dari pertandingan itu, sayangnya dalam pertandingan tinju abad ini , tidak ada pukulan dan gerakan yang bisa diambil gambar slowmotionnya (tertutup iklan/tidak ada memang), seperti halnya Ali menghajar George Foreman dan Tyson menghukum Michael Spinks.
Pendek kata, bagi saya pertandingan ini merugikan TV One dalam image tapi tidak dalam keuntungan sponsor karena penonton sudah bersiap dari jam 8 pagi dan berakhir jam 12 siang dengan rasa tidak beda.
Pacquaio pernah bilang : Tinju itu bukan main perasaan tapi kinerja dan performa anda, sementara Mayweather mengatakan : Tinju itu mudah sementara hidup lebih susah. Bagaimana dengan Ali dan Tyson?
Ali : I was the Elvis in boxing (Saya Elvis (Presley) nya dalam dunia tinju), sementara Tyson mengatakan: Everyone has a plan 'till they get punched in his mouth (Setiap orang punya rencana (untuk menang) sampai dia merasakan pukulan di mulutnya)
So Floyd Mayweather..........you are a really good runner not a boxer, I think!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H