Dulu saya memang sering jadi penumpang kereta listrik Ekspress dari Depok/Bekasi ke Jakarta pulang pergi dan saya sangat menikmatinya karena selain berhawa sejuk karena ada air-conditionernya yang berfungsi dengan baik dan berpenumpang sedikit kecuali kalau pada jam sibuk pagi dan sore. Begitulah perasaan saya saat mencoba kembali kereta api ekspres ini yang sekarang hampir semuanya hanya punya satu jenis saja keretanya bukan aneka jenis waktu dulu seperti kereta ekonomi tanpa AC.
Dulu di setiap stasiun selalu penuh pedagang penjual makanan, tukang ngamen dan lainnya yang sering "mengganggu" kenyamanan penumpang dan umumnya mereka tidak hanya tinggal di sekitar stasiun namun mereka mencari makan dengan menaiki kereta ini-terutama kereta ekonomi, namun saat ini tidak ada. Manajemen PT KAI memang luar biasa bisa meniadakan hal-hal seperti ini dan sudah tidak terlihat pula orang naik di atas atap kereta yang banyak memakan korban. Dengan menggunakan e-ticketing dengan besaran berdasarkan tarip progresif, sangat adil buat yang tujuannya jauh bayarnya lebih mahal daripada yang tujuannya dekat.
Dan pada setiap tembok gerbong ada gambar route yang akan dilalui kereta tersebut dari stasiun pemberangkatan hingga stasiun tujuan. Komunikasi via audio juga diinformasikan oleh petugas misalnya sekarang sudah sampai stasiun mana, peringatan agar menjaga barang dan juga menjaga anak-anak agar jangan sampai tertinggal (atau tertukar lol), serta aturan naik kereta ekspres seperti jangan duduk di lantai atau bawa kursi lipat.
Dari beberapa aturan yang ada memang yang menarik selain jangan makan didalam gerbong juga jangan bawa makanan yang menyengat seperti duren...ha ha ha. Mungkin akan lebih lucu lagi kalau gambarnya tidak hanya duren tapi juga gambar orang yang bau keringat...hi hi hi..secara airconnya kalau habis freonnya, anginnya kencang dan bisa ditebak yang tidak pakai deodoran...baunya harum menyengat.
Hal yang masih kurang manusiawi pada saat jam sibuk apalagi kalau tidak rebutan masuk kedalam kereta dan saling dempet antar penumpang yang terasa seperti deretan ikan asin he he he. Ditambah pula terutama buat yang berdiri saat kereta harus berhenti menunggu kereta api lainnya lewat karena jalur relnya ada yang sama. Kocaknya juga nyaris seluruh penumpang yang dapat "duduk" berlagak pilon dan pura-pura tidur qi qi qi....karena kalau keretanya berhenti nyaris semuanya bangun. Tapi itu romantika sehari-hari jadi kalau kebetulan dapat duduk pada kereta selanjutnya, dijamin mereka juga melakukan hal yang sama.
Tapi yang sangat disayangkan apalagi buat orang yang baru naik lagi kereta commuter setelah sekian lama absen. Tidak adanya informasi yang jelas harus berpindah kereta pada stasiun tertentu membuat saya berasumsi kereta yang ke jurusan yang saya tuju akan lewat, dan ternyata tidak. Saat saya antri di Stasiun Dukuh Atas/Sudirman, tidak ada informasi bahwa kereta yang ke Bekasi harus naik yang jurusan Bogor dan turun di stasiun Manggarai. Padahal dulu sebelum commuter line, kereta api tujuan Bekasi, langsung dari Tanah Abang lewat Sudirman. Rupanya memang selain e-ticket diperkenalkan, ternyata juga harus e-mandiri kalau mau sampai ke tempat tujuan. Walaupun kesal juga, kenapa sih nggak diinformasikan minimal sekali dalam satu jam...bagi yang ingin pergi ke stasiun tujuan tertentu, harap turun di stasiun ini....jadi naik kereta ini dulu....pelit banget infonya! Apa perlu approval dulu dari Kemenhub info kayak gini? Commuter bikin muter-muter he he he.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H