Kau dan Aku
Duduk ditengah teriknya Sang Mentari
Sambil menyaksikan Batang-batang Tebu berhamburan di tanah yang kering itu.
Kala itu...
Engkau menyuguhkan segelas air putih
Dengan senyum penuh keikhlasan.
Tak sadar diriku....
Seketika hanyut dan terbuai
Oleh senyum indah dari bibirmu.
Jatuh Cinta ......???
Ya.... Memang Itu Yang Kurasakan.
Sudah Cukup...
Selama ini Aku menjadi pemuja Rahasiamu.
Semakin besar niatku
Ingin berkata jujur tentang perasaan.
Kembali Kau tersenyum padaku.
Isyarat dari matamu bisa ditebak.
Gejolak dalam dada makin besar terasa.
Kaupun mendekat...
Dengan Lembut Kau berbisik,
"Maaf Aku Lebih Mencintai Dia".
Katamu...
Sebab Dialah yang saat ini
Paling mengerti perasaanku
Menjawab semua kebutuhanku
Meskipun secara perlahan.
Aku layaknya Tebu
yang ditanam di atas bebatuan.
Layu sebelum berkembang.
Lalu kau memberi sebuah kecupan manis
Bagaikan Manisnya tebu saat diperah.
Rasanya hanya sementara.