Lihat ke Halaman Asli

Ipan Pranashakti

Praktisi dan Pembelajar

Jangan "Misuh" di Facebook

Diperbarui: 12 Desember 2017   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: Shutterstock

Ada sebuah ilustrasi seperti ini, suatu hari ada  pertengkaran terjadi di sebuah ruang layanan pelanggan sebuah perusahaan, terjadi percekcokan sangat sengit, sehingga munculah kata-kata kasar hingga kata-kata umpatan, bahkan dengan menyamakan dengan sebutan binatang. 

Ya, dalam bahasa jawa istilahnya "misuh". Ungkapan kemarahan dengan misuh dalam ruangan pelanggan perusahaan tadi, mugkin besok harinya sudah dilupakan, walau masih menempel di beberapa orang yang bersentuhan dengan masalah tersebut. Tapi setelah 1 tahun kemudian, ungkapan itu sudah dilupakan.

Akan berbeda jika kondisinya misuhnya di media sosial, sebut saja misal Facebook, harus hati-hati, karena itu bisa berpengaruh ke masa mendatang, setidaknya ada 5 hal yang bisa  dijadikan pertimbangan :

Pertama, Facebook terbiasa mengangkat kembali status 1 s.d 5 tahun yang telah lalu. Ini sungguh beresiko, ketika hari ini emosi sudah stabil, pada kondisi yang nyaman, tiba-tiba ada notifikasi atas status yang telah lampau, berupa kata-kata misuh kepada seseorang, yang mungkin kalau dilihat dalam kondisi kekinian, status misuh itu jadi lucu, terlihat betapa kurang dewasanya waktu itu.

Kedua,ketika menulis komen dengan umpatan misuh, walaupun hanya menuliskan di komen, bisa saja status  Facebook tersebut memiliki hastag, yang pada tahun berikutnya dapat mudah ditemukan banyak orang karena pencarian berdasar hastagnya, sehingga isian komen kita ikut terbawa dalam hasil perncarian tersebut.

Ketiga, misuh di masa lalu dapat menjadi kontra produktif pada masa saat ini dan nantinya. Misal ketika misuh itu masih masa lajang, kemudian pada saat menjelang pernikahan, ternyata calon mertua menemukan komen/status misuh tersebut. Benar masa lalu beda dengan saat ini, tapi itu bisa jadi catatan, bahwa ada sisi ketidakdewasaan pada masa lalu, yang jadi catatan.

Keempat, ingatlah suatu saat ketika karir meningkat, bisa saja,  atasan Anda  mencoba menggali informasi melalui media sosial tentang background dengan berbagai metode pencarian. Sehingga apa yang ditemukan akan jadi catatan sendiri. Pada posisi ini, biasanya atasan Anda juga tidak suka budaya mengumpat di media sosial, apalagi menyentuh nama baik perusahaan.

Kelima, dalam perjalanan bisnis mungkin tambah maju, butuh patner  untuk investasi, bisa saja calon patner mencoba mencari informasi berkenaan attitude, di luar kemampuan manajerial dan leadership itu sendiri.

Pikirkan kembali jika Anda ingin misuh di Facebook, karena salah langkah maka itu akan jadi sesuatu yang kontraproduktif di masa mendatang, dan mungkin bukan saat ini. Selain itu. misuh di Facebook itu bagai membuat prasasti online, yang kadang akan dibaca banyak orang lain setelah kita tiada, belum sempat menghapus misuh di media online tersebut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline