"Malam tahun baru", Apakah harus berbahagia atau harus bersedih? Mari kita renungkan sejenak..
Malam tahun baru sangat identik dgn terompet, pesta dan jg kembang api. Apakah kita harus berbahagia dgn ketiga hal tersebut? Coba pikirkan bagaimana perasaan para penderita jantung ketika mendengar letupan kembang api dan petasan..
Coba pikirkan bagaimana perasaan orang yg sedang sakit gigi ketika mendengar tiupan terompet..
Coba bayangkan kembali saat musibah "kabut asap dan kabut debu", betapa sulitnya kita mendapatkan udara yg sehat, tapi mengapa skrg kita malah menebarkan polusi udara dgn membakar kembang api dan petasan yg besar?
Bayangkan jg kepenatanmu bekerja selama ini, apakah tega membakar uang yg sudah ditabung selama setahun? Apakah tidak rugi bila dihabiskan hanya untuk pesta pora akhir tahun?
Bila hari ini kita sangat senang meniup terompet, apakah kita jg akan senang menghadapi tiupan terompet sangkakala kelak? Kemudian apa kabarnya dosamu setahun ini? Apakah bisa dihilangkan dgn membakar kembang api atau dgn meniup terompet? Apakah karna hidup hanya sekali, maka harus dibuat bahagia dgn berpesta pora?
Mari pikirkan kembali.. Apakah manfaat yg kita dapat dgn berpesta lebih besar dibandingkan dgn mudaratnya?
Pikirkan jg apakah teladan kita 'Rasulullah saw' melakukan hal yg sama pada dahulu kala? Kenyataannya tidak.. Karena beliau sudah mengatakan bahwa meniup terompet adalah perilaku orang-orang yahudi. Lantas apakah kita mau mengikuti perilaku mereka yg sama sekali tidak pernah dicontohkan oleh Nabi? Ingatlah sabda Rasulullah saw: "barang siapa mengikuti suatu kaum, maka ia termasuk dlm golongan tsb". Naudzubillah min dzalik..
Bukannya sok suci, tetapi indahnya bila kita berusaha meraih surga bersama 😊
Mari renungkan kembali..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H