Lihat ke Halaman Asli

ioanes rakhmat

Science and culture observer

Gen, Otak, Kepribadian, dan Orientasi Politik

Diperbarui: 31 Maret 2018   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: linguaggiodelcorpo.it

Kali ini saya mau menguraikan ringkas dan padat bidang-bidang keilmuan yang masih baru yang luas yang perlu diintegrasikan ke dalam ilmu politik konvensional, yakni genetika politik, neurosains politik dan psikologi politik. Ketiganya berhubungan satu sama lain dan saling mempengaruhi. 

Ilmu politik kini tidak bisa lagi berbicara dengan berwibawa jika tiga bidang keilmuan tersebut diabaikan. Khususnya dalam konteks suatu pertarungan politik di mana fakta-fakta diabaikan begitu saja dan orang-orang dari berbagai kalangan memilih untuk berpikir, berbicara dan berkelakuan sembarangan, kacau dan tidak etis.

Mungkin sekali, subjek bahasan tulisan saya ini adalah subjek yang relatif baru bagi banyak pembaca.  Jika demikian, wawasan anda akan pasti diperluas dan pengetahuan anda akan bertambah setelah cermat membacanya.

Mari kita mulai dengan ajakan John Alford dkk. Mereka menulis, 

"para ilmuwan politik kami desak untuk memasukkan dan memperhitungkan pengaruh-pengaruh genetik, khususnya interaksi-interaksi antara warisan genetik dan lingkungan sosial, ke dalam model-model pembentukan perilaku politik."

Sebagai pakar genetika behavioral Universitas Rice, Houston, Texas, John Alford dkk di tahun 2005 telah melakukan analisis data yang dihimpun dari dua dekade kajian genetika perilaku, termasuk juga basisdata pendapat politik dari 30.000 orang kembar dari Virginia. Analisis Alford dkk ini diterbitkan di American Political Science Review, vol. 99, no. 2, May 2005./1/  

Menurut Alford dkk, genetika memainkan suatu peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku politik dan ideologi, tapi berperan sedang-sedang saja dalam seseorang mengidentifikasikan dirinya dengan suatu partai politik. Karena sikap dan perilaku politik kita, atau perilaku lain apapun, diproses dan muncul dari kerja otak kita, maka gen orientasi politik kita mengendalikan pilihan-pilihan politik kita di dalam otak.

Alford menyimpulkan bahwa

"pilihan politik kita berakar dalam dan terbangun di dalam otak kita. Jadi, usaha mempersuasi [membujuk dan meyakinkan] seseorang untuk tidak jadi liberal [atau sebaliknya: tidak jadi konservatif] ibaratnya sama dengan usaha mempersuasi seseorang yang bermata biru untuk tidak memiliki mata biru. Jadi kita harus memikirkan kembali usaha untuk mempersuasi orang."

Jadi, bagi Alford, sama seperti mata biru itu bentukan gen yang tidak bisa ditolak seseorang yang telah dilahirkan, begitu juga halnya dengan posisi dan perilaku politik seseorang. Bagi Alford, gen itu "takdir alam" yang tak bisa dihambat, cepat atau perlahan, untuk membentuk perilaku politik dan perilaku lain apapun, meskipun gen sendiri berinteraksi dengan konteks kehidupan.

Dalam suatu tanggapan John Alford dkk terhadap keberatan beberapa kalangan terhadap usaha mengaitkan gen dengan perilaku politik, Alford dkk menulis,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline