Lihat ke Halaman Asli

Kandungan Senyawa Bioaktif Minyak Cengkeh

Diperbarui: 1 Juli 2024   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cengkeh dan Kandungan Bioaktif Minyak Cengkeh ( Foto Cengkeh -Dokpri dan Struktur molekul dikutif dari  Haro-Gonzlez et al., 2021)

Saya memiliki teman yang berprofesi sebagai petani cengkeh dan  sekaligus sebagai pengepul cengkeh di wilayah  desa banyuatis Kecamatan Busungbiu  di Kabupaten Buleleng. Sebuah kecamatan yang memiliki produk unggulan perkebunan berupa cengkeh. Cengkeh yang dibeli kemudian dikeringkan, dan lalu di jual ke pengepul tingkat Kabupaten. Dengan usaha itu, dia termasuk petani yang berhasil, bisa menyekolahkan anak ke perguruan tinggi dan memiliki rumah di Kota Singaraja. Rumah yang dibeli dari hasil cengkeh itu di kota , kini digunakan menampung anak-anak yang dari desa kalau mau kuliah di kota. Dia selalu ikhlas dan bersyukur sehingga banyak pemilik cengkeh mempercayakan kepadanya untuk membeli atau ngontrak bunga cengkeh miliknya. 

Tahun ini, panen raya, wajahnya sumringah,melihat hasil panen melimpah, ngantuk dan  tak dirasakannya. Dia  harus mengejar pemetikan bunga cengkeh untuk berpacu agar tidak cepat menjadi buah. Kalau sudah menjadi buah maka dia rugi, sebab orang tak butuh buah cengkeh. Yang dibutuhkan adalah bunga cengkehnya.

Permasalahan yang kini  muncul, tidak mudah mendapatkan buruh untuk memetik cengkeh dalam jumlah puluhan hektar dalam waktu pendek.Katanya pada saya. Mengapa?  tanya saya  balik.Para buruh menuntut kenaikan upah per kilogramnya yang awalnya Rp 5000  kini banyak yang menuntut Rp  7000 sampai  Rp 9 000 per kg.  Ya... buruh pun harus  juga ingin keuntungan donk! kata saya menimpali. Ya... bagi-bagi rezeki lah. 

Ya... jawab teman saya. Dia   tidak ada pilihan kecuali menyanggupi  kenaikan upah buruh itu. Buruh pun mulai berdatangan dari berbagai daerah. Namun pemilik cengkeh juga ekstra hati-hati dalam memilih tukang petik, sebab kalau asal asalan, maka bisa berakibat muncul  semacam protes  dari  tanaman cengkeh, karena sakit, dan biasanya    pohon cengkeh tidak  berbunga  lebat, ngambeklah katanya,  kondisi ini penyembuhannya  lama. Saya tersenyum dan mengangguk, ya... harus percaya, karena dia berpengalaman dalam perilaku tanaman  cengkeh ini. Selain itu, dia tahu berbagai penyakit dan cara mengatasinya. Dia memang profesional sebagai petani cengkeh. 

Saya menyaksikan, kina  panen raya cengkeh  sangat menguntungkan petani, apalagi saat ini  harga bagus, karena masih tinggi berkisar Rp 120.000- 130.000/kg berat keringnya. itu sebabnya saat Covid-19, petani Cengkeh di Banyuatis  tidak kena  resesi, semua baik-baik saja.

Tak salah memang, desa ini banyak melahirkan  orang terdidik,  karena  orang tua disana  bersaing tidak hanya bertanam cengkeh, namun menyekolahkan  anak mereka  setinggi -tingginya, berangkat ke luar bali sampai keluar negeri untuk belajar, sehingga banyak pejabat menyebar di negeri ini berasal dari Banyuatis.  Budaya menyekolahkan anak-anak menjadi semacam kebanggaan di tiap keluarga, saat ada pertemuan di bale banjar atau ngerumpi  di pasar pun  topiknya  sekolah selalu hangat. 

 Penduduk disna selalu bersyukut, panen raya membuat mereka tidak susah mencari biaya untuk sekolah dan pembangunan rumah serta membeli mobil , atau motor.  Panen raya cengkeh menjadikan  ekonomi rakyat  bergerak cepat.

Namun cengkeh   hanya dijual dalam bentuk kering, artinya masih  berupa bahan mentah, sejatinya nilai cengkeh dapat ditingkatkan dengan pengolahan cengkeh menjadi  minyak atsiri/minyak  cengkeh dan kandungan senyawa bioaktifnya beragam dan berguna  untuk kesehatan manusia. Dalam ruang ini akan dibahas tentang minyak atsiri dari cengkeh dan komposisi senya bioaktif yang terkandung didalamnya. 

MINYAK ATSIRI  CENGKEH ? 

sebelum lanjut perlu diketahui dahulu apa yang dimaksud dengan Minyak atsiri (EO= essetial oil) ) adalah campuran kompleks metabolit sekunder tanaman aromatic. EO berbentuk cair, larut dalam pelarut organik dan larut dalam lipid, beberapa di antaranya tidak berwarna dan lainnya berkisar dari kuning muda hingga oranye kemerahan, seperti minyak serai, minyak kayu manis, dan minyak cendana; terutama, EO kurang padat dibandingkan air, seperti minyak serai wangi, minyak jeruk nipis atau minyak jeruk, namun ada beberapa yang lebih berat dari air, seperti minyak allspice, minyak kayu manis, minyak cengkeh atau minyak bawang putih. Diperkirakan dari 3000 EO yang diketahui, hanya 10% yang dimanfaatkan secara komersial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline