Penyu menjadi salah satu hewan yang dilepas dalam pelaksanaan WWF ke 10. Penyu memiliki banyak makna, yang berkutat di cerita banyak orang Bali yang Hindu.
Dulu, sebelum tahun 1990, di Bali ada lawar dan sate penyu, dan harus dimakan fresh, lawar penyu itu cepat basi kata beberapa orang. Lawar penyu dan daging olahan tak banyak orang pas dan cocok di tubuhnya, kalau tak biasa dapat diare, kalau dipaksakan makan. Kemudian ada upacara yang mensyaratkan adanya olahan bahan dari penyu, Daging penyu melambangkan kekuatan, umur panjang, dan hubungan dengan alam. Serta menghidangkan daging kepada tamu dan peserta terhormat sebagai tanda hormat dan persatuan.
Dulu itu terjadi kini, masyarakat mulai sadar makan lawar dan olahan untuk tradisi adat yang menggunakan penyu ditinggalkan Karena statusnya yang terancam punah, alternatif atau pengganti dipertimbangkan untuk melindungi populasi penyu. Dimasukkannya daging penyu dalam upacara adat berfungsi sebagai pengingat akan warisan dan nilai-nilai budaya.
Kisah lain, ini di Bali Utara, Nelayan di Segara Penimbangan, misalnya, seorang nelayan mengajak saya berdiskusi di tengah laut karena saya pas diajak naik "jukung mereka', kira-kira 1 km dari bibir pantai. Daratan terlihat agak kecil, dia berkata, Disini induk-induk-penyu melihat dan merasakan telur-telur mereka di pantai, dia selalu berkunjung seminggu sekali, untuk menyaksikan dan merasakan apakah telur-telur mereka telah menetas menjadi tukik. Katanya, Saya heran koq tahu? Bapak nelayan itu berkata, kami para nelayan tahu, karena sering melihat induk-induk penyu berada di sini menghadap ke darat. Dan penyu-penyu itu pantang di tangkap, kalau berani menangkap, wah akan ada kejadian aneh, dalam hidupnya, Dia menyebutkan beberapa tertimpa sial setelah berani menangkap penyu itu.
Nelayan di Segara Penimbangan itu, adalah menganut sitem nilai tradisi turun temurun untuk menjaga kelestarian penyu-penyu , binatang langka yang terus di jaga oleh Dunia. itu sebabnya, sepengetahun saya, di desa sekitar itu, tidak ada kisah peninggalan orang menjual sate atau makanan olahan berbahan daging penyu.
Pembaca perlu tahu, di Segara penimbangan, pantai dekat Kota Singaraja itu, terdapat anjungan dimana penyu sering bertelur, kini dipakai lahan konservasi penyu dan dikelola oleh Desa, dan bagi pengunjung bisa melihatnya perkembangan tukik-tukik penyu yang berkembang, hasil penangkaran di wilayah itu.
Karena banyaknya penyu yang bertelur di Pantai Penimbangan, sejak tahun 2016 lalu membuat para nelayan yang di tergabung dalam Kelompok Nelayan Sari Segara merasa peduli untuk menyelamatkan spesies penyu yang masuk dalam hewan dilindungi ini.
Pantai Penimbangan, Buleleng, Bali merupakan habitat bertelur bagi spesies langka penyu lekang. Dari bulan Maret hingga April 2018 tercatat telah ada tiga penyu yang bertelur di Pesisir Pantai Segara Penimbangan
Menjadi kian menarik untuk diulas adalah pelepasan penyu pada tanggal 18 Mei 2024, hari itu bertepatan dengan Tumpek Uye Dalam tulisan ini akan penulis ulas tentang, . Apa dan bagaimana tumpek Uye serta dan Selayang pandang Penyu itu mengapa penting sebagai simbol pelestarian lingkungan.