Pada kesempatan ini saya menulis tentang nasi yang berasal dari beras. Nasi yang harum , pulen, dan lembut, kata ibu saya, walaupun lauk pauknya seadanya, nikmat juga, yang penting berasnya bagus.
Saya pernah makan di rumah teman di Sukabumi, nasinya dari beras pandan wangi, ditambah dengan sayur lodeh, wah mantap makannya.
Kalau di kota saya, Singaraja bali, beras lokal enak banget, Istri saya tidak suka dibelikan beras premium kemasan, yang dijual di swalayan, alasannya sederhana, air perasannya beras ketika diolah menjadi pupuk organik cair (POC) sulit ditumbuhi jamur, yang disebut CAKABA, suatu jamur yang mirip dengan karang di laut. Itu pertanda beras itu berisi pengawet, katanya .
Di Buleleng, Bali, ada dua beras yang terkenal pada Sudaji dan padi Gembrong Desa Gobleg. Begitulah orang menyebutkan, pulen wangi dan enak. Tentu harganya mahal. Namun keduanya relatif lebih lama panennya dibanding dengan padi yang lain semisal padi C-4 kruing aceh dan lain-lain. kedua variates itu pun terus digalakkan, kebutuhan akan padi Bali tetap dibutuhkan oleh adat bali, seperti elemen penting dalam pembuatan penjor, misalnya. Walaupun demikian, kedua padi Bali itu haruslah diberikan teknologi baru untuk membuat bibitnya menjadi lebih efektif dan efisien. Dinas Pertanian Buleleng bekerjasama dengan BATAN , telah merintis penggunaan radiasi untuk mendapatkan vaietas padi Bali yang waktu tanamnya lebih cepat.
Ditinjau dari varietas Padi, Kepulauan Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati plasma nutfah padi tradisional sebagai sumber daya genetik padi karena letaknya yang berada di garis khatulistiwa dengan iklim tropis dan dua musim (musim kemarau dan musim hujan) yang mana menjadikan Indonesia sebagai tempat budidaya padi yang sempurna dan dikenal sebagai negara agraris. Setiap wilayah di Indonesia memiliki lebih dari satu varietas padi tradisional yang telah dibudidayakan selama ratusan tahun rasa yang enak dan aroma yang khas menurut konsumen beras masyarakat setempat, lebih tahan terhadap cekaman abiotik dan biotik, beradaptasi dengan baik pada lokasi asal varietas, dan juga lebih mudah beradaptasi terhadap perubahan iklim dibandingkan dengan varietas padi introduksi. Banyak varietas padi tradisional yang telah diidentifikasi menunjukkan ketahanan terhadap cekaman abiotik, seperti garam, kekeringan, panas, dingin, toksisitas Fe, dan toksisitas Al. Beberapa varietas padi tradisional juga menunjukkan ketahanan terhadap cekaman biotik, termasuk tungro, virus rice stripe, leher ledakan, ledakan daun, wereng coklat, dan pengusir hama empedu. Sementara itu, beberapa kelemahan tradisional Varietas padi yang meliputi umur masak terlambat, masa tumbuh panjang, jumlah anakan sedikit, rentan rebah, dan rendah hasil gandum. Sekitar 3.800 plasma nutfah padi tradisional telah didaftarkan oleh Balai Besar Pertanian Indonesia.
Lahan sawah merupakan andalan bagi Indonesia dalam memproduksi padi. Data statistik menunjukkan bahwa sekitar 95 persen dari produksi padi nasional dihasilkan dari lahan sawah. Sisanya (5%) berasal dari lahan kering (BPS 1996, 2000, 2006). Pada tahun 2005 luas lahan sawah (diluar lahan pasang surut) yang ditanami padi di Indonesia sekitar 6,84 juta ha. Dari lahan sawah seluas itu, sekitar 3,23 juta ha diantaranya berada di Jawa dan 3,61 juta ha di luar Jawa. Berdasarkan sistem pengairan, 2,19 juta dari lahan tersebut beririgasi teknis, sekitar 0,99 juta beririgasi setengah teknis, 1,58 juta ha irigasi sederhana/pedesaan, dan 2,09 juta ha sawah tadah hujan (BPS, 2006). Sedangkan berdasarkan intensitas tanam, sekitar 2,64 juta ha ditanami padi sekali dan 4,20 juta ha ditanami padi dua kali dalam setahun. Dengan demikian rata-rata indeks pertanaman padi (IP-padi) adalah 1,61. Angka ini mengindikasikan adanya potensi dan peluang untuk meningkatkan produksi melalui peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan
SELAYANGPANDANG TANAMAN PADI
Tanaman padi (Oryza sativa) adalah yang paling umum dari dua spesies padi yang dibudidayakan sebagai sereal, spesies lainnya adalah O. glaberrima, padi Afrika. Ini pertama kali didomestikasi di lembah Sungai Yangtze di Tiongkok 13.500 hingga 8.200 tahun yang lalu.
Oryza sativa termasuk dalam genus Oryza dan clade BOP dalam keluarga rumput Poaceae. Dengan genom yang terdiri dari 430 Mbp di 12 kromosom, ia terkenal mudah dimodifikasi secara genetik dan merupakan organisme model untuk studi biologi sereal dan monokotil