Langkah-langkah politik menjelang Pilpres menarik diikuti. Ada tokoh-tokoh keluar dari partai,ada sekelompok simpatisan berikrar untuk pindah dukungan dari calon satu ke calon yang lain. Walaupun keluar masuk partai menjadi suatu yang biasa, lebih-lebih saat ini musim kampanye, namun ada yang perlu dicermati, itu terjadi karena elektabilitas kandidat yang tinggi menjadi incaran untuk mengamankan diri di masa depan. Aman dari sisi posisi di birokrasi maupun aman dari sisi petualangan bisnis. Oleh karena dunia medsos pun meriah, isu menjadi viral, dapat meningkatkan elektabilitas.
Loncat dukungan membawa persepsi baru yakni habitus politik pada wilayah dimana dia berlabuh, entah di partai lain, maupun di kandidat capres lain. Habitus adalah konsep yang dikemukakan oleh Aristoteles, yang bermakna cara orang memandang dan merespons dunia sosial yang mereka tinggali, melalui kebiasaan, keterampilan, dan watak pribadi mereka.
Oleh sebab itu, kejadian paling anyar adalah, Maruarar Sirait hengkang dari PDI Perjuangan. Kemanapun dia berlabuh dia akan membawa seperangkat kemampuan dan logistik mereka ke ranah yang baru. Dan menunggu arahan Jokowi , seperti yang dia ucapkan sesaat setelah berpamitan dari PDIP usai mengunjungi kantor DPP partai banteng di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Senin (15/1/2024) malam. Dia menambah deretan kader engkang, karena dipecat atau dikeluarkan dari PDIP, seperti Budiman Sujatmika, Boby Nasution, dan lain-lain.
Habitus politik tentu akan mewarnai paslon atau partai yang menerima mereka sebagai rumah baru yang didukungnya. Disini akan terjadi interference yang saling menguatkan, atau sebaliknya. Tergantung kemampuan kader itu berbuat pada konstituen pemilih mereka.
Di terminal itu, habitus tetap menjadi konsep yang perlu ditelaah pada mereka yang mengalihkan dukungannya. Lalu sebuah pertanyaan muncul, apa motivasi mereka keluar itu? Idealisme atau memang pragmatisme? Entahlah.
Dalam suasana hiruk pikuk dukungan yang semakin mendekati hari pencoblosan. Semuanya berhitung, Langkah yang tepat harus diambil sekarang. Banyak yang mengikuti nasihat Pesan Dale Carnegie dalam mengambil keputusan, "Ambil kesempatan. Semua hidup adalah kesempatan. Orang yang melangkah paling jauh biasanya adalah orang yang mau melakukan dan berani." Seakan kata-kata itu, memotivasi banyak orang untuk mengambil Langkah tepat saat ini. Tetap menjadi tunas, atau berkembang di rumah lain. Pergi memulai hidup baru atau , terjepit di dalam lama tanpa ada harapan perubahan.
Dibingkai itu, Habitus semakin menguatkan bahwa organisasi dapat disepadankan dengan organisme hidup. Organisasi lahir, tumbuh , berkembang , kalau tidak dipelihara dia bisa mati. Organisasi partai, juga demikian adanya. Lahir , hidup tumbuh berkembang, dan bisa mati. Lalu akankah rumah lama yang ditinggalkan akan ambruk dan mati? Jawabannya bisa ya dan juga bisa tidak. Mengapa demikian?
Agar terus tumbuh dan berkembang, makna sinergisme komponen dalam suatu partai menjadi penting adanya, maka dalam sistem partai berlaku fenomena sel hidup juga, yakni adaptif, demi kemajuan partai. Di Dalamnya bisa mengalami osmosis dan like and dissolve like, dalam sitoplasma sel nya sehingga menjadi sesuatu yang benar-benar murni , bersih, sebab komponen penghambat dalam bentuk inhibitor itu, telah pergi dengan tekanan osmosis dalam sel, tekanan osmosis pada partai memungkinkan kader yang tidak solid dan mbalelo, akan engkang, keluar system.
Dalam sistem yang liquid berlaku dalil "like and dissolve like", yang suka dan tidak suka tidak akan saling melarutkan. Air dengan tingkat kepolaran tinggi akan mudah bergabung dengan cairan sejenis yang memiliki kepolaran yang sama juga. Misal dalam tubuh partai yang dominan bersifat air, maka sifat minyak tidak akan saling bergabung. Kalau tidak sesuai dengan garis partai silahkan 'out'
Organisme dalam bentuk partai , tidak bisa lepas dari konsepsi system. Sifat-sifat dasar sebuah system organisme atau sistem hidup adalah sifat-sifat keseluruhannya tidak dimiliki oleh bagian-bagian. Sifat itu muncul karena adanya interaksi dan hubungan antara bagian-bagian. Jika kader mbalelo, artinya dia bisa jadi agregat sejenis kanker yang berbahaya bagi pertumbuhan partai itu.