Lihat ke Halaman Asli

Bunuh Diri dan Mengembangkan Ketahanmalangan Siswa

Diperbarui: 13 November 2023   16:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber  FB-Rama Smeksa

Banyak orang kaget mendengar peristiwa seorang pelajar kelas 2 SMA ditemukan tewas di bawah jembatan Sungai Cangkir, Gianyar, Bali, Peristiwa yang sangat membuat hati miris. Pelajar yang tewas itu diduga bunuh diri itu, terkenal baik dan tidak ada sesuatu yang aneh dalam perilakunya sehari-hari. Namun sebelum mengakhiri hidupnya pelajar itu sempat membuat status di media sosial, dengan judul 'jumping off the bridge'. https://apps.detik.com/detik/.

Kejadian itu memperpanjang deretan anak-anak yang melakukan bunuh diri. Perlu diketahui bahwa Kasus bunuh diri anak pelajar sungguh memprihatinkan. Dan Bali termasuk tiga provinsi yang angka ka bunuh diri untuk anak setelah jawa tengah dan jawa Timur. Telah dilaporkan  dari pihak Kepolisian RI (Polri),bahwa ada 61 korban kasus bunuh diri di Bali dalam periode sejak 1 Januari hingga 20 Juli 2023.

Menyimak laporan pada Goodstats.id (20/10), Polri melaporkan bahwa selama periode Januari - Juli 2023 terdapat 663 kasus bunuh diri di Indonesia. Angka tersebut meningkat sebesar 36,4% dibandingkan periode yang sama pada 2021, yaitu sebanyak 486 kasus. https://news.detik.com/kolom/d-7026079 - data itu menunjukkan kecenderungan anak-anak bunuh diri meningkat, dan perlu dipahami oleh para orang tua,

Lebih lanjut bahwa, bunuh diri menjadi salah satu penyebab kematian terbesar pada kelompok usia 15--29 tahun. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa  setiap tahun  lebih dari 700 ribu orang meninggal akibat bunuh diri. Tingginya angka kematian akibat bunuh diri membuat kita dan para orang tua perlu memahami apa saja upaya pencegahan yang bisa dilakukan? Sebelumnya anda harus memahami atau mengetahui penyebabnya?

Kejadian ini sangat menghebohkan. Ada apa dengan anak-anak kita di zaman serba canggih, dengan bergelimang informasi di internet. Pertanyaan berbahu kegelisahan terus ada di benak orang tua , para guru dan pengamat Pendidikan termasuk tokoh-tokoh budaya. Pertanyaan yang sulit mencari jawabannya, Mengapa peristiwa seperti ini terus terjadi?

Nampaknya, ada perubahan mindset yang terjadi pada anak-anak kita, karena disusupi beragam informasi yang dia sendiri belum siap menerimanya. Bunuh diri pada anak remaja umumnya terjadi akibat merasa hilang harapan atau frustasi.

Keluarga harus memahami bahwa ada beberapa hal yang harus mendapatkan telaahan yang mendalam Anak-anak umur 15 -29 tahun, yang kemudian dikenal sebagai masa remaja. Pertama, Masa remaja dapat menjadi waktu yang sulit sebagai masa peralihan dari usia anak-anak ke dewasa. Kedua, Para remaja sering kali merasa tertekan untuk bisa menyesuaikan diri secara sosial, berprestasi secara akademik, dan memiliki tanggung jawab. Ketiga,banyak juga remaja yang merasa mempertanyakan identitas dan hubungan seksualnya. Keempat Mereka mungkin akan mencari kebebasan yang sering kali bertentangan dengan peraturan dan ekspektasi dari orang di sekitarnya.

Jika anak merasa putus asa terhadap kondisi yang dialami, ini bisa menjadi penyebab bunuh diri pada anak remaja.

Salah satu dugaan adalah bahwa anak-anak kita yang berada dalam usia yang rentan 15-29 tahun akan masalah-masalah itu , memiliki ketahan malangan yang rendah. Apa yang disebut dengan ketahan malangan itu?

Perlu dipahami dengan seksama bahwa Usia anak SMA, termasuk dalam kategori anak operasional formal, menurut perkembangan kognitif Piaget Lalu apa yang harus kita ketahui dari kondisi anak-anak seperti itu? Lebih-lebih dikaitkan dengan berbagai fenomena dan sumber informasi yang sangat massif dengan adanya kemajuan internet saat ini. Apakah banyak informasi membuat kepribadian anak tergantung? Mencari jalan pintas dan tidak tahan akan masalah yang dialami. Beberapa ciri seperti berikut Pernah membicarakan soal keinginan untuk mengakhiri hidup., Putus asa dengan hidupnya., Merasa tidak punya alasan untuk terus hidup. Menganggap dirinya sebagai beban untuk orang lain. Peningkatan konsumsi alkohol dan obat-obatan. Menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan. Sering melakukan tindakan yang menyakiti diri sendiri.Perubahan signifikan pada kepribadian, misalnya dari ceria menjadi pemurung. Mengisolasi diri sendiri dari orang terdekat, baik keluarga atau sahabat. Berpamitan kepada orang-orang terdekat tanpa alasan jelas. Memberikan barang-barang berharga miliknya ke orang terdekat. Tiba-tiba tenang dan ceria setelah mengalami kesedihan atau depresi berat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline