Hari Minggu itu tanggal 14 Mei 2023, sungguh berbeda dari hari-hari biasanya. Suasana kota singaraja, dengan sinar Mentari pagi yang cerah dari ufuk timur terasa mulai menghangat, tak ada awan berarak,. sebuah pertanda bahwa musim kemarau dengan panas yang menyengat akan hadir di kota yang didirikan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti tanggal 30 Maret 1604 silam.
Sinar mentari musim kemarau yang mulai meninggi, membuat embun bak kristal mutiara jernih di pucuk daun mulai menguap, burung pagi berkicau pertanda bahwa dunia semakin ramai dan kehidupan bergeliat tak jemu mengisi hari ,identik dengan suasana hati beberapa generasi muda usia untuk melakukan sesuatu yang dapat mentransformasi hati nurani.
Berbaur dengan desau angin selatan yang melintasi bukit-bukit yang berjejer di antara Desa Gitgit dan Wanagiri di sisi selatan, seakan menyapa warga Kota Singaraja, ibukota kabupaten Buleleng itu dengan ramah. Bahwa hidup terus berputar, dan bergerak tanpa bisa dihentikan, pemaknaan sang jiwa terus didesakkan sebab manusia dengan berjuluk mahasiswa sedang ditempa nalarnya, lewat wahana pikiran, namun itu tak cukup, ada sebongkah hati yang terus harus dibidik sebab disana kerap ditinggalkan, sehingga kebekuan hati tak banyak bicara dan tersentuh dalam Pendidikan, sesungguhnya, kita melahirkan manusia zombie tak bernurani, yang terdidik, yang cerdas namun jauh dari iba kemanusiaan. Di dimensi itu " the end of education is character", tak pernah bisa digapai.
Tak salah memang, strategi kegiatan membangkitkan simpati dan empati pada mahasiswa sebagai penyokong peradaban agar siap menerima tongkat alih generasi , adalah tugas kampus sebagai menara api, memberikan penerangan dan kehangatan untuk mereka terus bangkit dengan semangat berkobar seperti dian yang tak kunjung padam.
Di terminal itu, sejalan dengan kata bijak Martin Luther King Jr. tentang pendidikan yang menjunjung tinggi karakter sebagai hasil pendidikan, menulis, " The function of education is to teach one to think intensively and to think critically. Intelligence plus character-that is the goal of true education (Fungsi pendidikan adalah untuk mengajarkan seseorang berpikir secara intensif dan kritis. Kecerdasan dan karakter adalah tujuan sesungguhnya dari pendidikan)
Oleh karena itu membuat pendidikan yang menginisiasi nurani menjadi sangat penting maka 'gagasan tentang kegiatan membangun kepekaan sosial pada mahasiswa, adalah salah satu pintu masuk untuk "membuat hati meleleh' agar menghargai kehidupan sesama. Sampai disana maka saya teringat kata bijak tokoh bangsa, yakni, : Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan. Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali.
Menuangkan ilmu kepada kepala PESERTA pendidik , tak pernah menghasilkan 'keutuhan manusia, " sebab ada aspek lain yang perlu diperhatikan, yakni, hati dan tangan. Oleh karena itu, strategi yang diterapkan untuk mencapai 'penghalusan nurani adalah kepekaan sosial. Program ini diluncurkan dengan label, Kepekaan sosial mahasiswa pascasarjana Undiksha" dimasa Direktur PPs undiksha Prof Dr. I Gusti Ngurah Putu Suharta, M.Si. Ternyata program ini memberikan ruang bagi mahasiswa pasca untuk lebih peduli, dan membangun jaringan dengan masyarakat umum. Kegiatan ini dilakukan untuk membangun jiwa yang peka, simpati serta empati pada sesama manusia.