Lihat ke Halaman Asli

Seberkas Cahaya Menyelinap dalam Malam Gelap

Diperbarui: 5 Agustus 2022   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Duduk menerawang tengah malam, terlihat sinar bulan sabit dalam temaraman yang beradu dengan suasana hening.  Angin selatan berkesiur lambat- namun basah dalam suara derik jangkrik yang berderu bersautan dengan gemericik air di pematang sawah. Jeda  itu membawa asa terbang mengangkasa, hendak  bersatu dengan nafas semesta yang tak pernah tidur sepanjang hayat.

Lalu pesan demi pesan seakan hadir dari angkasa, dengan vibrasi halus berkata lirih, "Makhluk hidup akan membalas penghargaan dan rasa terima kasih dan berharap  anda  baik-baik saja. Anda dapat melihat kegembiraan tumbuh di wajah mereka. Itu akan memberikan kepuasan pada Anda. Jika Anda tidak bisa mendidik diri sendiri untuk mencintai sesama, bagaimana Anda bisa mengikuti jalan pengabdian kepada Tuhan?


Pengabdi Tuhan, adalah prosesi transformasi diri atau dekatnyanya adalah  menterjadikan diri pengabdi sesuai dengan karakter yang dititahkan oleh Tuhan, sehingga prosesnya  bisa lama, bisa cepat tergantung kesiapan diri dengan sadar mengubah diridari dalam. Diri sendiri menuju jiwa semesta memang banyak tantangan. Beberapa melihat jiwa sebagai menakjubkan, beberapa menggambarkannya sebagai menakjubkan, dan beberapa mendengar jiwa sebagai menakjubkan, sementara yang lain, bahkan saat mendengar, tidak dapat memahaminya sama sekali.

Maka , sang nafas membawa Banyak kenangan hadir mengusik lamunan malam. Sketsa Wajahmu seakan hadir menghibur dalam benak, yang sulit dilupakan, seakan engkau berkata indah, Jangan takut akan bayangan, karena bayangan berarti ada suatu cahaya yang bersinar di dekatnya."

Di pucuk pohon yang tertepa cahaya bulan itu, terbersit vibrasi suara, yakni Dalam keyakinan, ada cukup cahaya untuk mereka yang ingin percaya dan cukup bayangan untuk membutakan mereka yang tidak ingin percaya.

Lalu, tak diyana, Hati ini berbisik pelan nan teduh, "Tuhan, Engkau cahaya mataku, Engkau kemilau senyumku. Tiada yang lebih indah yang kuharap dari-Mu selain cinta-Mu." Tuhan seakan hadir dalam Simponi malam dan berkata lembut dalam vibrasi getaran alam, , "Perjalanan hidup akan selalu melewati sebuah terowongan gelap, untuk itu engkau perlu memastikan bahwa cahaya hati tidak pernah padam."

Bulan hadir tak penuh, namun cahayanya sudah cukup membuat hati yang beku mekar , sebab hanya mereka yang memiliki cahaya dalam hatinya yang mampu menerangi sisi gelap dan melihat kebaikan dalam hati orang lain.

Cahaya bulan sekan berkata syahdu, membangkitkan vibrasi hati, Kebijaksanaan laksana cahaya, ia akan mencerahkan daun-daun pemikiranmu, memeluk lembut ranting pemikiranmu, dan mengukuhkan akar karaktermu." Tak ada yang muncul setelah kegelapan selain cahaya, tak ada yang muncul setelah kesedihan selain kebahagiaan."

Begitulah aku merindu untuk persiapan perjalanan pulang walaupun malam yang semakin dingin, di bulan agustus awal, udara seakan tak bersahabat, nafasku terasa menjadi penghubung energi alam, itulah nada dan desingan nafas kehidupan, yang kerap tak pernah lupa hadir dalam suara malam.

Malam bercerita tentang perubahan, malam juga menanti sebuah harapan, malam gelap menyirnakan kecantikan. Walau sering berujar, Kecantikan bukan hanya di wajah, kecantikan adalah cahaya di dalam hati."

Dalam kisi-kisi hati pun kerap berpendar sebatas senyum, sebab Senyum adalah anugerah Tuhan bagi setiap manusia yang mengandung cahaya kebaikan dan kesucian, membawa kedamaian bagi yang melihat."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline