Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Ngaben yang Unik, Yuk Kita Simak!

Diperbarui: 27 Juli 2022   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Khalayak pasti tahu, tradisi Ngaben merupakan tradisi yang banyak dilakukan oleh komunitas Hindu yang ada di Indonesia, khususnya dari etnis Bali. Ngaben merupakan tradisi pembakaran mayat, prosesi korban suci pada keluarga yang meninggal. Ngaben tergolong sebagai upacara Pitra Yadnya (upacara yang ditunjukkan kepada Leluhur).

Ngaben di desa saya, memang unik, walaupun kini seakan tergerus oleh minat masyarakat yang terus meningkat dengan cara kremasi, yang lebih singkat, murah dan cepat. Namun tradisi ngaben gabungan (bersama) masih memiliki nilai lebih dibandingkan dengan metode yang lain. Paling tidak ada beberapa kelebihan yang ada, antara lain.

Pertama, ngaben gabungan itu dilakukan secara gotong royong, baik tenaga maupun material, bagi yang memiliki lebih bisa memberikan amal sosial, atau beryadnya. Dengan materi dan tenaga. Kegiatan ini menjadi luar biasa, karena dapat menyambung rasa persaudaraan diantara keluarga, misalnya yang awalnya bertentangan dan bermusuhan karena masalah sepele, seperti warisan, pekerjaan dan lain-lain, dapat akur dan saling sokong karena ada niat yang tulus dengan memberikan sumbangan, maka mereka akan mendapat pahala yang baik, pahala dari karma yang baik. Prinsisp yang mereka pegang adalah, memberikan sesuatu itu kepada leluhur dengan iklhas tak pernah sepi mendatang rezeki dan kerahayuan pada diri dan keluarga, sebab alam tak pernah mau berhutang budi kepa manusia, dia akan selalu membalasnya, walaupun bentuk tidak pernah diketahui dan tidak pernah bisa diramalkan. Disin akan terlihat bahwa 'kekaguman akan rahmat yang mendadak memberikan rasa syukur yang sangat dalam.

Kedua, wahana belajar manajemen kerja', upacara ngaben gabungan yang satu klan di desa saya ini, banjar Bucu desa paksebali Kecamatan Dawan Klungkung bali ini, serempak dilakukan. pada tahap  awalnya dilakukan rapat, ya , semacam focus group discussion (FGD), bagi mereka yang memiliki keluarga yang meninggal, atau dalam bahasa di desa saya disebut 'Sawa' setelah FGD berhasil menghasilkan struktur kepanitiaan ad ac. Yang disebut 'manggala upacara" Panitia inilah yang terus bekerja menyusun jadwal, dan melengkapi seksi-seksi agar fungsi panitia berjalan dengan baik. Pada penyusunan ini tetua adat dan para orang tua ikut rembug dan biasanya dipilih yang muda, agar kerjanya smart. Pada titik inilah saya sebut 'alih generasi' dengan memberikan beban tugas memangku tradisi adat, sehingga yang muda-muda mengetahui apa yang harus dilakukan, dengan bimbingan tetua adat dan rohaniawan Hindu (ida pedanda, atau sri empu, Jro mangku gede), sehingga pekerjaan bisa lancar. 

ngaben-2-62e08a9c08a8b53ade01fbd5.jpg

Para Manggala Upacara, ini melengkapi struktur kepanitiaan, bagian yang lebih khusus, semacam seksi seksi, seperti seksi banten (sarati banten), seksi wewalungan ( olah-olahan, makanan dan pelengkap daging olahan untuk banten), seksi rohaniawan (yang selalu berkaitan dengan pelaksanaan upacara, seksi sara untuk tempat pembakaran mayat (pesarean).

Management inilah para kaum muda diberikan tanggung jawab yang besar, sekaligus mereka belajar untuk melakukan pekerjaan dengan bersemangat, disini para orang tua hanya melihat dan memberikan nasehat bila ada penyimpangan, Kembali merujuk pada pakem awig-awig adat,

Saya melihat kerja mereka sangat antusias dan mereka benar-benar menerapkan kata-kata bijak " Kembangkan kesuksesan dari kegagalan. Keputusasaan dan kegagalan adalah dua batu loncatan paling pasti menuju sukses. Tepatlah sesungguhnya ' tradisi ngaben ini, sebagai Latihan para kaum muda untuk belajar tanpa pamrih' dan belajar mengelola pekerjaan yang besar. Cara ini adalah metode transmisi budaya yang terus terjadi, dan diyakini, akan tetap lestari, karena adaptif dengan kemajuan zaman. Disin terlihat bahwa, para tetua adat telah memberikan panutan yang bagus, seakan mereka paham  dan mengajarkan nilai pada kaum muda "Sebelum kamu menjadi seorang pemimpin, sukses adalah tentang menumbuhkan dirimu sendiri. Ketika kamu menjadi seorang pemimpin, kesuksesan adalah tentang menumbuhkan orang lain"

ngaben-5-62e0a818a51c6f61394a88c2.jpg

Ketiga, wahana silaturahmi, pada puncak acara ngaben ini, dilakukan banyak keluarga yang dari rantau datang, mereka menyempatkan diri untuk melihat dan menyaksikan upacara ngaben ini. Pada ajang itu bertemu dari berbagai pelosok, saya melihat dan menyaksikan, banyak keluarga yang dari rantau, entah mereka transmigrasi, atau menjabat di luar daerah dating, atau bahkan bekerja di luar negeri, juga hadir, dia acara ini mereka saling berkenalan, saling menumpahkan pengalaman, terjadi sintesis pengalaman, berbaur memperkenalkan anak , cucu, dan menantu mereka serempak datang dalam upacara ini, Motivasi mereka dating adalah untuk mendoakan orang yang telah mendahului kita agar amor ring acintya, Bersatu dengan Tuhan atau mendapatkan tempat yang layak sesuai dengan karmanya. Dan kita diberikan kekuatan untuk menjalani hidup ini menjadi lebih baik. Disini terang dapat kita simak dari laku-laku para kaum muda benar-benar mekanai dan merealisasikan nilai ini, Silaturahmi merupakan jembatan kasih sayang. Menghubungkan dua atau lebih  manusia yang berbeda, saling mengunjungi dengan jiwa kasih dan sayang

ngaben-pembakaran-62e0a82da51c6f77645fcd32.jpg

Keempat, wahana belajar tentang berbagai hal, mulai dari kuliner bali, kue-kue tradisi dan aneka banten dengan segala keunikannya. Dalam ngaben gabungan ini, banyak hal baru yang sebelumnya tidak diketahui oleh generasi muda muncul, dan mereka belajar membuatnya. Oleh karena semua komponen upacara yang disebut upakara itu dibuat sendiri oleh warga. Tujuan bisa lebih hemat dan transmisi pelajaran pun terjadi. Kue tradisi seperti aneka kue kukus, pisang rai, laklak dan lain sebagainya itu disajikan dalam upacara ini. Serta aneka masakan juga dilakukan, sehingga aneka resep pun banyak ditemukan oleh kaum muda. Dan harapannya, mereka bisa mengembangkan dan menjadi usaha baru dalam mengarungi kehidupan ini. Memang, dari pengalaman banyak yang membuka usaha membuka warung makan (dengan kuliner khas seperti lawar, sambal matah dan lain-lain).  Pesan tetua adat disin pun tergambar jelas , yakni " Pembelajaran tidak didapat dengan kebetulan. Ia harus dicari dengan semangat dan disimak dengan tekun. Jangan malas untuk belajar karena ilmu adalah harta yang bisa kita bawa ke mana pun tanpa membebani kita.

Kelima,ekspresi kegembiraan, dalam ngaben kalai ini, wadah tempat mayat di bakar dibuat dalam bentuk lembu (di keluarga saya disebut lembu cemeng), lembu pustaka suci sebagai kendaraan dewa Siwa, para leluhur diyakini dengan kendaraan itu dapat menuju stana dewa siwa. Lembu itu menuju ke setra (kuburan) diarak, serti dibuatkan tarian dengan irama baleganjur. Kaum muda disini mengusung dengan tiakan-terikan yang isteris, meluapakan kegembiraannya,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline