Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah kini, terus dibombardir oleh berbagai riak-riak, walau pencalonan masih jauh 2024, namun atmosfer perpolitikan terus menggema, dan semakin menguat.
Namun yang menarik adalah " Elektabilitas Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, menempati survei teratas dalam survei terbaru yang dilakukan Poltracking Indonesia dan SMRC. Saya menyadari data seperti ini baru hasil survey, tentu tidak otomatis bisa mulus dicalonkan oleh PDIP, namun seperti ungkapan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDIP, Hasto Kristiyanto, bahwa keputusan pencalonan presiden tetap ada di tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (https://www.republika.co.id/ 11 Juni 2022).
Pernyataan ini sungguh seru, karena atmosfer politik di Indonesia berkaitan pilpres, setiap orang mengelus jagonya sendiri, karena politik adalah teori kemungkinan, apapun kemungkinan harus ditangkap, jangan sampai pergi jauh. Goncangan terhadap Ganjar Pranowo,
saya pikir hal biasa untuk membangun sebuah strategi untuk menguji Ganjar Pranowo dan pendukungnya. Apakah mereka solid mendukungnya? Apakah memang Ganjar Pranowo memang memiliki ambisi untuk meraih itu, tanpa etika kepartaian di PDIP? Haya waktu yang bisa menjawab. Naga-naganya, Ganjar bukan tipe mudah dihasut, Ganjar bukan sosok berambisi, sampai tulisan ini dibuat ' dia patuh pada instruksi partai PDIP, termasuk loyalitasnya pada Ibu Megawati.
Kalau dia tetap tenang, saya yakin Ganjar menjadi besar, walaupun nanti tidak dijagokan menjadi presiden, namun saya adalah salah satu pengagumnya. Dia tetap menjadi role model pemimpin yang berkharisma yang mencintai rakyat, milineal dan tidak ambisi akan kekuasaan.
Di bingkai itu, umpan -umpan terus bertebaran, di daerah tempat saya tinggal, pengurus parti di lokasi itu, telah pemasangan paket Prabowo-Puan Maharani. Kemudian Ganjar Pranowo , dikuliti atas beberapa manajemen atas kerjanya sebagai Gubernur Jateng, yang dalam kaca politik sangatlah absurd, mulai angka kemiskinan yang turun, kasusGugatan Warga Wadas dan bermain medsos, ini adalah gelombang dan badai tiruan yang dibangun oleh PDIP, untuk menjawab dan membentuk apakah benar ' Ganjar Pranowo 'sosok nelayan ulung', sebab nelayan ulung tidak dilahirkan dari samudera yang tenang, namun dilahirkan dari samudera yang penuh gelombang besar dan penuh badai.
Inilah teori pembuatan koloid dalam politik, campuran-demi campuran dengan agregat yang tak rata, agar mau bergabung, maka perlu proses pengadukan, ditiupkan isu agar mereka menjadi semakin sama dan homogen. Isu-isu memojokkan Ganjar adalah strategi untuk melihat apakah kohesivitas para
pendukung Ganjar memang solid, itu pertama, kedua, apakah Ganjar memang layak memimpin negeri ini, dari sisi menjaga keseimbangan hati dan bathinnya, atas berbagai terpaan isu yang terus digelontorkan oleh internal PDIP?
Dalam kasus ini, saya meminjam proses pembuatan koloid, tentu disini adalah koloid dalam hal pemilihan calon presiden, agar suaranya homogen memilih Ganjar Pranowo. PDIP tempat ganjar Pranowo bernaung, kini melempar sebuah sodokan, tidak tanggung-tanggung, sodokan itu, dibabarkan oleh elit PDIP, sebuah tokoh yang representasi suara inti PDIP, untuk membuat banyak pihak bereaksi dan terperangah. Nyatanya demikian, beragam wacana bergulir.
Meminjam teori pembuatan koloid, yang tokcer dalam ilmu Kimia, ada acara agar koloid yang dihasilkan 'maknyus' yaitu dengan metode Cara Busur Bredig. Analoginya adalah berbagai komponen pendukung capres PDIP terus diuji, terus ditempa, cara penempatannya mirip dengan proses busur Bredig ini,