Lihat ke Halaman Asli

Nira Lontar di Pinggir Jalan

Diperbarui: 16 Mei 2021   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Siang hari udara panas, pedagang itu, membawa sepeda motor di pinggir jalan teduh,  dia menanti orang lewat yang hendak membeli minuman segar dagangannya. Dia sudah biasa mangkal di tempat itu. Dagangannya berupa  tuak manis dari pohon siwalan, yang dicampur loloh (jamu) dan sedikit es batu, sehingga agak dingin,  terasa segar untuk  menghilangkan dahaga, di bulan Mei di kota Singaraja Bali utara, yang memang wilayah bayang-bayang hujan.

Tuak manis itu  di jual dengan harga 3000 rupiah per gelas, atau kantong plastik 1/4 kg. Sungguh murah dibandingkan dengan minuman hasil pabrik dengan volume yang sama. Minuman yang murah meriah. 

 Cuma orang kadang ragu-ragu akan  kebersihannya, serta orisinalitas (keasliannya), sebab   bahan larutan yang ditawarkan dalam bentuk tuak manis, banyak pedagang yang mencampurkannya dengan air gula.  Bila dicampur dengan air gula manis, kerap  membuat batuk. Namun dagang yang saya lihat itu, nampaknya  asli, dia berkata saya tidak suka mencampur dengan air gula, saya takut kehilangan pelanggan

Tak ayal, pedagang itu,  pelanggan  memang banyak, dia berjualan sampai  pukul  15.00 dari pukul 09.00, lumayan dapat untung, untuk menghidupi keluarga, Rp 150. Ribu sudah dapat, artinya kerjanya relatif lebih ringan dari pada buruh bangunan, tinggal  dia memburu  nira siwalan, sebab orang lain juga banyak yang melihat potensi ini, namun dia tetap berusaha  yang memberikan yang terbaik, bersih , higienis, sehingga pelanggan tak lari, sehingga  asap dapur tetap ngebul, katanya kepada saya.

Merasakan tuak manis (legen ) itu , bayangan tak pernah lupa akan asalnya yakni   tanaman siwalan. Apa sesungguhnya  nira (tuak manis/legen) dari  siwalan dan bagaimana  komposisi kimia serta manfaat yang bagi kesehatan tubuh manusia.

POHON SIWALAN

Pohon siwalan itu menjulang tinggi, di Bali disebut Ental (lontar) dalam budaya Bali tanaman ini salah satu tanaman yang sangat dibutuhkan untuk menguatkan tradisi, daunnya banyak digunakan untuk hiasan penjor, ada tamas (ALAS UNTUK BANTEN) , ada tikar dan lain lain.

Siwalan pohon lahan kering ini, sekan membuat manusia takjub , akarnya mampu memberikan dorongan agar air bisa naik ke atas dan merupakan bagian dari buahnya.

Pohon yang memiliki nama ilmiah yang sangat indah dan manis ini, dikenal sebagai  Palmyra palm (Borassus flabellifer Linn.)

Ternyata pohon ini  endemik di desa Bungkulan kecamatan sawan Kabupaten Buleleng, selain itu di daerah Kubu, kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Bali, kedua lokasi itu memang agak tandus, dan siwalan sesungguhnya  tanaman yang tumbuh subur di lahan kering di wilayah  Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Tanaman yang serbaguna ini memiliki banyak nama yang familiar seperti : tala (Sulsel), lontara (Toraja),   jun tal (Sumbawa), lonta (Min.), ental (Sd., Jw., Bal.), taal (Md.), dun tal (Sas.), lontoir (Ambon), tua (Timor) dan  Juga manggita, manggitu (Sumba). Karena unik dan beanyak berguna, maka tak salah Sulawesi selatan  menjadikan B. flabellifer menjadi flora identitasnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline