Siang hari udara panas, pedagang itu, membawa sepeda motor di pinggir jalan teduh, dia menanti orang lewat yang hendak membeli minuman segar dagangannya. Dia sudah biasa mangkal di tempat itu. Dagangannya berupa tuak manis dari pohon siwalan, yang dicampur loloh (jamu) dan sedikit es batu, sehingga agak dingin, terasa segar untuk menghilangkan dahaga, di bulan Mei di kota Singaraja Bali utara, yang memang wilayah bayang-bayang hujan.
Tuak manis itu di jual dengan harga 3000 rupiah per gelas, atau kantong plastik 1/4 kg. Sungguh murah dibandingkan dengan minuman hasil pabrik dengan volume yang sama. Minuman yang murah meriah.
Cuma orang kadang ragu-ragu akan kebersihannya, serta orisinalitas (keasliannya), sebab bahan larutan yang ditawarkan dalam bentuk tuak manis, banyak pedagang yang mencampurkannya dengan air gula. Bila dicampur dengan air gula manis, kerap membuat batuk. Namun dagang yang saya lihat itu, nampaknya asli, dia berkata saya tidak suka mencampur dengan air gula, saya takut kehilangan pelanggan
Tak ayal, pedagang itu, pelanggan memang banyak, dia berjualan sampai pukul 15.00 dari pukul 09.00, lumayan dapat untung, untuk menghidupi keluarga, Rp 150. Ribu sudah dapat, artinya kerjanya relatif lebih ringan dari pada buruh bangunan, tinggal dia memburu nira siwalan, sebab orang lain juga banyak yang melihat potensi ini, namun dia tetap berusaha yang memberikan yang terbaik, bersih , higienis, sehingga pelanggan tak lari, sehingga asap dapur tetap ngebul, katanya kepada saya.
Merasakan tuak manis (legen ) itu , bayangan tak pernah lupa akan asalnya yakni tanaman siwalan. Apa sesungguhnya nira (tuak manis/legen) dari siwalan dan bagaimana komposisi kimia serta manfaat yang bagi kesehatan tubuh manusia.
POHON SIWALAN
Pohon siwalan itu menjulang tinggi, di Bali disebut Ental (lontar) dalam budaya Bali tanaman ini salah satu tanaman yang sangat dibutuhkan untuk menguatkan tradisi, daunnya banyak digunakan untuk hiasan penjor, ada tamas (ALAS UNTUK BANTEN) , ada tikar dan lain lain.
Siwalan pohon lahan kering ini, sekan membuat manusia takjub , akarnya mampu memberikan dorongan agar air bisa naik ke atas dan merupakan bagian dari buahnya.
Pohon yang memiliki nama ilmiah yang sangat indah dan manis ini, dikenal sebagai Palmyra palm (Borassus flabellifer Linn.)
Ternyata pohon ini endemik di desa Bungkulan kecamatan sawan Kabupaten Buleleng, selain itu di daerah Kubu, kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Bali, kedua lokasi itu memang agak tandus, dan siwalan sesungguhnya tanaman yang tumbuh subur di lahan kering di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Tanaman yang serbaguna ini memiliki banyak nama yang familiar seperti : tala (Sulsel), lontara (Toraja), jun tal (Sumbawa), lonta (Min.), ental (Sd., Jw., Bal.), taal (Md.), dun tal (Sas.), lontoir (Ambon), tua (Timor) dan Juga manggita, manggitu (Sumba). Karena unik dan beanyak berguna, maka tak salah Sulawesi selatan menjadikan B. flabellifer menjadi flora identitasnya.