Pagi hari itu, saat hujan lebat, dengan petir menyalak, angin utara berhembus kencang, hanya butiran air hujan yang tampak sebagai penghias semesta untuk mengusir kehampaan jiwa, yang lagi, menanti sosok yang pernah hadir berharap untuk kembali dalam rentang yang panjang. Maka sebait kata indah berpeluk dalam irama alam pun mengiang dalam dentingan suara alam, "Orang-orang yang ditakdirkan untuk bersama menemukan jalan kembali.
Dan, Layonsari seakan menjadi pribadi yang menemukan keindahan dirinya pada sang alam, yang walaupun hujan, namun tetap saja kerinduan sang jiwa semakin menggelora, memasuki kisi-kisi hati yang semakin meleleh diantara butiran air hujan yang kian dingin.
Di pelataran kebun rumahnya, yang indah itu, Layonsari terpana dengan keindahan alam, yang selalu membuatnya rindu dengan Jayaprana, yang tadi telah datang ke rumahnya menyampaikan pesan kepada ayahnya di Banjar sekar
Wilayah yang asri, berpagar indah, dengan air panasnya tersembul melintasi kawasan gunung batu karu purba itu, seakan bercerita panjang, bahwa kehidupan di sana dipengaruhi olehnya. Air kaya belerang itu seakan berbicara bahwa air itu membuat tubuh-tubuh para gadis menjadi kuning langsat dengan rambut indah merona, seperti Layonsari, membuat sang jiwa, merana kesepian bila menatap dan mengenang nya.
Air panas, melahirkan sensasi bahwa 'kebenaran dari cinta tidak pernah berjalan dengan mulus, Mereka yang tidak saling mencintai tidak akan menunjukkan rasa cinta mereka satu sama lain. Cinta adalah energi inti sebuah elemen penyusun jiwa, yang harmoni bila disatukan" Perubahan reaktif membuatnya tidak seimbang sehingga perlu proses penyatuan menerima atau memberi energi. Ikatan sang cinta menjadi semacam ikatan kimia yang serah terima, kemudian bersatu untuk salang memakai elektron cinta itu bersama-sama
Ibunya, selalu memandang perubahan perilaku pada diri Layonsari itu, lalu berkata dengan takzim, Cinta bermula dari waktu, dan waktu akan mengkualifikasikan percikan itu hingga membakarnya sampai habis Layonsari terpana, dan ibunya berucap lagi,
"Anakku , membangun cinta itu seperti menumbuhkan pohon, perlu disirami dengan perhatian dan dipupuk dengan kesabaran, maka akhirnya pohon yang kokoh terlihat setelah badai berlalu. Lalu jiwamu yang kokoh terlihat setelah banyak guncangan berlalu pada dirimu.
Layonsari tersenyum, dia mengerti dan paham apapun yang diucapkan oleh Ibunya, sebab jiwanya sedang berbunga atas penantian pinangan Jayaprana, sosok abdi kesayangan Raja Kalianget itu.
Anakku, bersama angin dan matahari esok hari yang bersinar lembayung pagi hari puja lah dia, Sang Matahari, karena engkau bisa melihatnya dengan kebahagiaan, di sanalah kebersihan batinmu diuji, sebab kebersihan batin, menjaga pikiran dan intelek tenang dan suci, bebas dari kotoran.
Anakku itu, adalah sangat penting bagi seorang kehidupan yang menempatkan kebenaran diatas segalanya. Jangan terburu-buru untuk menarik kesimpulan. Seseorang harus memutuskan suatu yang penting dalam hidupnya hanya setelah memilah dan melakukan analisis dengan tindakan yang cerdas dan terukur.
Layonsari, sosok perempuan bunga desa Banjar sekar itu seakan menjadi hiasan desa, segenap perilakunya menjadi contoh, bagi gadis se usianya. Angin berhembus, seakan berkata, "Perempuan yang dianugerahi keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran nyata yang bisa kita pahami hanya dengan cinta, dan bisa kita sentuh hanya dengan kesucian.