Masih dalam situasi KLB Partai Demokrat, silang pendapat terus berhamburan di jagat media. Berbagai analisis dampak terhadap partai itu menarik terus diikuti, dan semua berharap partai Demokrat harus tetap dan menjadi bertambah sehat. Dia adalah salah satu wahana untuk menghasilkan ' pemimpin politik bangsa ini."
Meminjam terminologi kimia, dalam partai yang berlambang mercy itu juga terjadi reaksi dari berbagai unsur untuk menghasilkan sebentuk "persenyawaan baru dengan karakter khas sebagai sosok pemimpin bangsa ini. Tentu dia harus tetap dijaga, dan tentu dibina oleh pemerintah, bila mana perlu dibantu, agar bisa tumbuh dan berkembang, entah nanti menjadi oposisi atau teman koalisi.
Dalam membentuk persenyawaan baru itu, maka katalis memang sangat dibutuhkan untuk keajekan sistemnya, sehingga pemerintah dapat berfungsi sebagai katalis'.
Katalis sejatinya adalah" mempercepat reaksi dan tidak ikut bereaksi' namun dapatkah pemerintah berfungsi sebagai katalis dalam menyelesaikan 'kemelut' di partai Demokrat saat ini? Dimana sistem dengan unsur-unsur faksi memiliki 'derajat ketidakteraturan yang sangat tinggi, dalam bahasa termodinamika nya adalah " memiliki entropi yang tinggi' kearifan pemerintah sangat ditunggu untuk perihal ini.
Dengan memandang kemelut di Partai Demokrat saat ini, dalam kerangka sistem dalam reaksi kimia, kakak saya, yang biasa duduk di Bale dangin (tempat rumah di sisi di timur, khas orang Bali ) selalu menyimak , aneka jenis argumen lewat TV maupun Hp, dia seperti biasa tersenyum, melihat kemelut itu, dan memiliki pendapat berbeda. Dia kerap saya sebut sebagai sosok analis politik tingkat kampung, karena tidak pamerih jabatan , kekauasaan atau pun uang memang jauh.
Namun, ketika saya sodorkan salah satu head line berita dengan judul " Sindir Moeldoko, Andi Mallarangeng Sebut Ada Begal Partai yang Nafsu Berkuasa (Detik.com, Sabtu, 06 Mar 2021). Dia tersenyum dan sedikit kaget, " Aku tidak bisa mengerti kenapa, pihak partai Demokrat, SBY, AHY sangat reaktif, sedang pihak Moeldoko tenang dan damai, menghadapi situasi partai politik Demokrat saat ini?" Katanya balik.
Jawaban saya , karena kepentingannya terusik, yang satu dapat durian runtuh, yang satu lagi merasa sudah jatuh tertimpa tangga. Mengerikan memang. Dunia memang menghadirkan sebuah sisi positif dan negatif menjadi satu. Rwa Bhinneda kata orang Bali, ada hitam ada putih, ada yang senang ada yang sedih, begitu kata kakak saya menjawab sambil berfilsafat.
Lalu, dia menambahkan kekisruhan ini sesungguhnya menarik, mana yang lebih baik BEGAL POLITIK VS BEGAL UANG RAKYAT? Mesti itu yang aku perlu tanya pada Andi Mallarangeng, kalau dia bisa ke temu dengan aku. Sebab diksi-diksi hebat, seperti begal- membegal, atau rampok menjadi diksi yang meluncur deras, dari mulutnya yang dihiasi kumis tebal, yang mulai memutih.
Kedua istilah itu seakan menjadi penting, begal politik atau merampok uang rakyat (jadi koruptor), keduanya , ada dalam pikiran, kemudian dalam ucapan dan dalam tindakan, ketika kemudian menuduh pihak lain yang berseberangan menjadi begal atau merampok partai? Ah.... Seram banget. Dia berkata, cocoklah demikian, sebab mantan Nara pidana koruptor berbicara tentang begal dan merampok, memang hanya diksi itu yang ada di kepalanya, karena pernah melakukannya, terhadap uang negara... begitu komentar kakak saya sambil terkekeh.
Lalu mengapa SBY tidak malu menggunakan mantan anak buahnya yang koruptor berbicara seperti itu? Tanya saya, kakak saya, berkata itulah masalahnya ? karena kepentingan nya mau dihabisi oleh lawan politiknya, sehingga menjadi blunder, dan kejang-kejang, " pesan kakak saya "jangan terlalu dibawa ke hati, ini politik memang demikian, awas stroke, ' stroke memang rentan menurunkan kekebalan tubuh, akibatnya bisa terserang Covid-19 nantinya.
Kakak saya memang nyeleneh, dan terkesan berubah haluan dulunya pemuja SBY. Kini koq nyiyir, tanya saya. Ya... demi perbaikan kondisi, perpolitikan negara ini, dan saya berharap dia bisa menjadi bapak bangsa dan negarawan, sehingga menjadi contoh dan teladan bagi generasi bangsa dalam pengabdian di masa depan., harapan itu kini mulai menipis di hatiku. Katanya serius.