Lihat ke Halaman Asli

Atmosfer Pasar dengan Tuyul dan "Brerong" yang Bermutasi

Diperbarui: 5 Maret 2021   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Pasar pagi di hari minggu, memang special, ramai, banyak orang membeli kebutuhan untuk satu minggu. Pasar menjadi arena hiburan sambil jalan santai bisa langsung berbelanja. Sungguh nikmat.

Di beberapa pemda di Bali kini, sebagian pasar tradisional di transformasi menjadi pasar yang megah. Sebut saja yang saya tahu, karena sering lewat, pasar Banyuasri Singaraja (kab Buleleng) dan Gianyar. Keduanya sedang dibangun dan hampir selesai. Sebelumnya pasar tradisional di tempat lain, biasanya kalau terjadi kebakaran barulah di bangun.

Pasar dengan bangunan megah, banyak pedagang yang khawatir, akan biaya operasional, dan harganya sewa mahal, pedagang banyak menjerit, karena biaya itu tinggi, jelas saja, karena pakai lift dan juga penerangan dengan listrik, serta taman yang indah ada air mancur segala. Semua itu perlu biaya tinggi.

Dan, nampak masyarakat pedagang masih tradisional, tak hirau keindahan, yang penting untung. Pedagang juga berkicau, dari mana pembeli datang, kalau harga mahal. Kalau tidak dinaikkan, dari mana uang datang untuk membayar retribusi pasar yang tentu juga tinggi. Masyarakat pembeli dan pedagang selalu bertemu di wilayah "ingin murah", pembeli akan berbondong-bondong ke sana.

Di Bali pasar memiliki sisi unik, ada fenomena umum yang berkeliaran di benak pedagang yang berkompetisi atas nama uang. jejak cerita banyak bisa diungkapkan. Saya ingin mengungkapkan sisi ini.

Pagi yang cerah , dagang itu , berteriak dia kehilangan uangnya, sebab di dompetnya 1,8 juta, namun hilang 1 juta, begitulah keluhnya, dia hanya memberikan sebuah dugaan , vonis , bahwa ada dagang dekatnya melepas brerong, tuyul, Mata dagang tu melirik kesana kemari, dan dia berbisik dagang di sebelah itu, membawa 'brerong, pesugi han, dia melepasnya untuk mencari mangsa.

Sebuah tuduhan..... yang tentu tak jelas, hanya bisik,-bisik, diantara pedagang itu dengan pembelinya, dan saya adalah satu diantara yang dibisiki itu... wah.... saya tersenyum sambil mengernyitkan dahi....

Hari ini saya sial, Bli.....saya menjadi target, Dagang itu gelisah, ketika saya kaget, dia memberikan bukti dengan menunjukkan dompetnya, hanya ini Rp 800.000,- sisanya, Dompet plastik dengan buntelan padahal dompet itu saya bawa kemana pun saya pergi.

Saya kemudian memandangnya dengan serius. Dompet terbungkus dengan rapi, dilengkapi dengan berbagai pernak pernik, aksesoris penolak Tuyul/brerong, seperti ada cabai, bawang merah, jahe dan bumbu lain, cermin dan jarum, sebagai penghalang brerong beraksi.

Saya bayangkan betapa sulitnya membawa dompet yang ada ATM, Kartu Kredit, dan kartu yang lain dalam ramuan bumbu dapur itu. Tradisional bercampur dengan modern di dompet itu. satu berpijak ke masa depan, dan satu lagi masih bertahan di masa 'kuda gigit besi"

Ini semuanya tak mempan? Katanya, saya pagi-pagi sudah ke tempat balian, untuk menanyakan, Oh...... ternyata ciri-cirinya diberitahu, orang yang menyebar itu tidak pakai sandal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline