Pagi hari yang indah ini, saya didatangi guru saya yang telah lama tak berjumpa, puluhan tahun saya pernah dididiknya, sambil berjalan bersama mengitari kebun, dia menuangkan kegelisahannya.
Beliau berkata dengan sejuk , teratur penuh makna lama kita tak pernah berjumpa, kadang disaat sepi, aku memikirkanmu, engkau adalah satu diantara banyak muridku yang melekat dihatiku,' saya tersenyum, saya tidak tahu, pada aspek apa belaiu begitu memikat hatinya, Saya tidak menanyakannya, biarlah itu jadi rahasianya.
Dari wajahnya yang keriput, diguyur usia, namun masih tampak cahaya keyakanin yang tajam, dia berkata, dulu akau ajarkan, bahwa pikiran adalah sumber dari segala macam nafsu, ialah yang menggerakkan dan mengarahkan perbuatan menuju kebajikan atau pun kejahatan, itu adalah dalil, yang tak pernah bisa dipatahkan hingga saat ini, semacam rumus kimia semesta kehidupan , katanya sambil tersenyum renyah.
Sinar mentari pagi, dengan lembayung kemerahan , nampak begitu menawan , serasa kehidupan tak pernah berubah , sama seperti dulu ketika saya masih menjadi murid beliau, suasan kebun hijau memberikn suasana eksotik yang baru, beliau seakan hadir memberikan ajaran upanisad baru pada saya , dia berkata lagi.
Dengan tumbuhan hijau yang kita rawat, segala pikiran buruk dan dengki dapat terserap oleh tumbuhan, dia bisa menetralkan emosi yang gundah gulana, dalam hiruk pikuk kehidupan yang sangat cepat, strees itu bisa di lenturkan dan diserap oleh gelombang tumbuhan sehingga saling meniadakan, landai dan penuh kedamainan
Oleh karena itu, katanya lagi, peliharalah tumbuhan dan rawatlah dia, seperti engkau merawat dirimu dan keluargamu, semua itu akan dapat t memberikan suasana kebatinan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, begitu damai, segar dan penuh energi kreativitas yang tak pernah berhenti, meliauk secara longitudinal, merambat dengan ritmis.
Kini, banyak gelombang yang tak lazim, terpendarkan dari pikiran banyak orang untuk mencederai harmonisasi alam, dan terpantulkan kembali, secara sama sehingga membuat manusia dan lingkungan terduksinya daya dukung dan daya lentingnya tek seperalel dulu.
Orang sering membijaksanai diri, dengan petuah, kesakitan membuat manusia berpikir. Pikiran membuat manusia bijaksana. Kebijaksanaan membuatnya bisa bertahan dalam hidup, pesannya dengan damai.Artinya, sakit dahulu baru bisa damai.
Guru saya, memiliki suara dengan intonasi yang indah dan penuh makna kadang membuat saya terkesima, bersama semilir udara pagi bertiup dari arah pegunungan selatan yang memikat, dia berkata lagi, Engkau harus memupuk rasa keinginan seperti layaknya uap air menjadi awan putih di bawah sinar matahari.
Yang meski tak kau minta, diam-diam melindungimu dari terik matahari itu. Bangunlah sebuah karakter untukmelindungi orang lain dan dirimu sendiri.
Katanya lagi, banyak yang dilakukan simbol-simbol alam, cermatilah itu, semuanya, tak ada yang sia-sia di alam ini, semua hadir dalam kultur untuk harmoni, memberikan suara jiwa yang damai penuh dengan keindahan, Hindarilah menjadi pendosa, sebab bila seorang pendosa bergelimang harta, ia bahkan tidak memperlihatkan rasa hormat atau takzim kepada Tuhan. Ia akan menginsafi kebenaran bila ia kehilangan segala-galanya.