Ayaman kalau digarap alakadarnya tentu tidak akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Tetapi jika digarap dengan baik, dihadirkan dengan desain unik, maka produk anyaman yang awalnya biasa-biasa saja bisa menjadi produk yang mewah, elegan dan berkelas.
Itulah yang coba dihadirkan oleh Alexander Kevin Danel Samara, alumni BINUS ASO School of Engineering (BASE) melalui produk kerajinan bermerek Ramahija. Bersama dua alumni BASE lainnya yakni Devin Edgar Tolopan Sianturi , dan Iwa Sanjaya, Alexander yang sebelumnya pernah bekerja selama satu tahun di perusahaan di Jakarta, memutuskan untuk menggarap kerajinan anyaman masyarakat Atambua menjadi berkelas.
"Tak hanya naik kelas, produk anyaman ini sudah layak ekspor," kata Alexander yang akrab disapa Alex, founder Ramahija pada event Sharing Session Bersama Alumni yang digelar BINUS ASO School of Engineering (BASE) di Old Shanghai Sedayu City, Kelapa Gading Jakarta pada Jumat (17/2/2023). Kegiatan yang juga dihadiri Dekan BINUS ASO School of Enginering Prof Fergyanto E Gunawan, mahasiswa, alumni dan unit kegiatan mahasiswa (UKM) BASE tersebut berlangsung selama 3 hari yakni 17-19 Februari 2023.
Dalam kesempatan tersebut Alex berbagi cerita bagaimana kurikulum perkuliahan yang diterimanya di BASE telah membantunya untuk berkarya bagi tanah air. "Belajar di BASE cukup unik karena saya tidak hanya diajarkan tentang ilmu yang berkaitan dengan jurusan saya. Hal terpenting adalah bagaimana kita mempraktekkan di lapangan dan itu sangat berpengaruh bagi saya juga kawan-kawan ketika terjun ke dunia kerja atau memutuskan menjadi seorang entrepreneur," kata Alexander.
Rahamija, sebuah brand sosial berbasis pemberdayaan masyarakat Atambua tersebut dihadrikan tak sekadar produk anyaman biasa. Namun Alex dan dua kawannya menyulapnya menjadi produk kerajinan berkelas berbekal ilmu desain produk yang dipelajari selama kuliah di BASE.
Alumni program studi Production Design Engineering tersebut mengaku sudah sejak kecil tertarik dengan dunia desain. Inilah yang kemudian mendorongnya untuk masuk ke BASE.
"Akan tetapi, pada masa awal perkuliahan, saya merasa bahwa mata kuliah yang diberikan oleh BASE sebagian besar berbau teknik. Barulah kemudian saya mendapatkan pemahaman dari salah satu dosen pengajarnya bahwa menciptakan sebuah produk tidak boleh sekadar menarik saja, melainkan juga harus bisa berfungsi atau memiliki daya guna," lanjutnya.
Sejak saat itu, Alexander menjadi sadar bahwa desain dan teknik tidak bisa dipisahkan. Keduanya harus berjalan beriringan untuk menciptakan output yang benar-benar punya daya guna.
Pemahaman tersebutlah yang kemudian mengantarkannya untuk membangun Ramahija, brand usaha sosial berkelanjutan yang juga memberdayakan masyarakat adat di wilayah Pulau Timor, Indonesia.
Ramahija merupakan sebuah bisnis produk di kawasan Pulau Timor yang turut memperhatikan sustainability lingkungan. Sebagai founder, Alex ingin menciptakan produk yang menarik, berguna, dan tidak merusak lingkungan. Di sisi lain, ia juga ingin memberdayakan masyarakat setempat untuk membantu kegiatan produksi.