Lihat ke Halaman Asli

Inung Kurnia

TERVERIFIKASI

Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Mobil Pemeriksaan Brawijaya Hospital, Ajak Perempuan Deteksi Dini Kanker Payudara

Diperbarui: 22 April 2022   07:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mobil deteksi dini kanker payudara Brawijaya Hospital Saharjo diluncurkan (ist)

Terus terang sampai saat ini saya tidak tahu apa penyebab seseorang terkena penyakit kanker payudara. Dalam beberapa artikel yang saya baca, hanya menyebutkan faktor-faktor yang jadi pemicunya. Itu pun kemudian saya dibuat bingung lagi. Pasalnya, ada beberapa kawan penyintas kanker payudara, ternyata tidak memiliki salah satu dari sekian banyak risiko kanker payudara.

Saya pernah juga membaca artikel bahwa menyusui anak hingga usia dua tahun secara intenst dapat mengurangi risiko kanker payudara. Pola hidup yang sehat, makanan yang sehat dan tidak masuk area pekerjaan dengan tekanan tinggi. Dan penting lagi adalah olahraga yang cukup secara terjadwal.

Nah, beberapa penyintas kanker payudara, terutama teman-teman saya, memiliki latar belakang yang seharusnya jauh dari ancaman kanker payudara. 

Mereka menyusui anak-anaknya langsung hingga usia lebih dari 2 tahun, tidak menggunakan alat KB, di rumah tidak ada paparan asap rokok, jenis pekerjaannya juga tergolong santai karena tidak ada target yang harus dikejar. Pun teman-teman saya ini hobi banget olahraga. terkadang jongging, lari pagi, terkadang pula naik sepeda.

Soal jalan kaki, saya pernah di ajak sekali waktu berjalan di area Jalan Thamrin dari ujung ke ujung. Pernah juga karena jarak yang tanggung dari satu lokasi ke lokasi lain, teman saya ini mengajak saya jalan kaki. "10 ribu langkah, biar tambah sehat," kata si teman saya beralasan.

Tetapi segala kebiasaan baiknya tersebut ternyata tidak menjamin si teman saya terhindar dari kanker payudara. Dalam satu pemeriksaan klinis, diketahui pada payudara teman saya ini ditemukan benjolan sebesar kelereng.

Sebenarnya soal benjolan ini sudah disadari oleh teman agak lama. tetapi karena tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak menggungu, diabaikanlah. Si teman yakin bahwa tidak mungkin benjolan di payudaranya adalah kanker.

Faktanya, setelah dilakukan Sadanis, yakni pemeriksaan payudara klinis, benjolan tersebut merupakan kanker payudara. Rangkaian pemeriksaan pun dilakukan. Si kawan ini harus mondar mandir ke RSCM. Berbulan-bulan, ia ikuti semua proses pengobatan kankernya dengan baik.

Belajar dari kasus kawan saya ini, saya menjadi paham mengapa para dokter dan komunitas kanker giat mengkampanyekan pentingnya deteksi dini kanker. Sebab deteksi ini kanker menjadi kunci penting untuk menentukan pengobatan sekaligus melihat peluang untuk disembuhkan.

Kampanye deteksi dini kanker sangat penting mengingat berdasarkan studi, hanya 5% perempuan Indonesia yang mengetahui pentingnya pemeriksaan dini kanker payudara, baik deteksi dini dengan metode mamografi maupun metode lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline