Selamat membaca sahabat setia Kompasianer dan Readers!
Saya sangat berempati kepada saudara saya yang mengalami sakit kejiwaan di belahan dunia manapun. Tulisan ini berdasarkan pengalaman Subjektif diri saya pribadi. Sejatinya saya pun mengalami sakit psikis yang tidak dideteksi medis dan disembuhkan oleh orang-orang mengaku "bisa". Karena yang ada, finansial Ayahanda dan Ibunda terkuras dan menghabiskan jutaan Rupiah yang tak terhitung.
Mungkin sahabat pernah membaca keterangan Islami, bahwasanya:
"Barangsiapa tidak mempunyai dan dibimbing oleh seorang guru, maka gurunya adalah setan."
Keterangan ini shahih. Dan saya mengalami kejadian mengerikan karena saya membaca tulisan-tulisan di Internet yang membahas hal-hal kisah akhir zaman dalam sebuah hadits, tanpa bimbingan seorang guru. Akibatnya setan mengelabui saya, dan dibenak kepala saya selalu terulang dan terucap Nama-Nama Setan Iblis yang mempengaruhi kejiwaan saya selama belasan tahun lamanya.
Namun karena saya dimata kedua orang tua adalah seorang anak yang taat dan berbhakti. Selalu menuruti nasihat dan bimbingan kedua orang tua, untuk tetap beribadah kepada Allah, kepada sesama, juga tak lepas dari dzikir. Kesembuhan diri saya berangsur-angsur mulai dirasakan, melalui perjuangan saya seorang diri, keyakinan saya kepada Tuhan Yang Maha Esa makin tak goyah.
Ada faktor-faktor penyebab seorang remaja yang masih belum mengerti dampak dari apa yang ia baca, musik apa yang ia dengar, tontonan apa yang menjadi favoritenya, bahkan Game yang ia mainkan sekalipun sehingga masuk dalam lembah ketidaksadaran dipenuhi kejadian mistis mengerikan menimpa masa-masa perjalanan hidupnya. Yaitu diantaranya:
Selalu memikirkan dan mengulang mengucapkan Nama-Nama Setan dan Iblis dalam benak kepala, tak sadar menjadi magnet yang menarik eksistensi makhluk tersebut untuk menguasai pikiran manusia yang lengah dan lepas dari berdzikir atau mengingat nama Tuhan.
Biasanya Nama-Nama Setan dan Iblis itu ditemukan pada sebuah bacaan di internet, Musik pemujaan setan dan iblis, Game yang mengangkat tema melawan Iblis dan Setan, dan lainnya yang menyematkan Nama-Nama Setan dan Iblis. Pemuka Agama yang mengerti akan hal ini, melarang keras untuk menyebutkan Nama-Nama Setan dan Iblis, karena memang dapat memanggil kehadiran mereka apabila selalu terfikirkan dalam benak kepala kita.
Membaca tulisan yang belum saatnya dibaca atau umur manusia belum berkualifikasi membacanya, karena membaca tanpa arahan seorang penanggungjawab atau Guru.
Membaca kitab sucipun perlu arahan dan bimbingan Guru yang bonafide dan menguasai Kitab Suci tersebut dengan benar. Jika tidak maka Setan siap mengelabui pikiran manusia yang belajar tanpa arahan dan bimbingan yang benar. Maka lebih condong pada hal-hal yang menyesatkan, karena menafsirkan kitab suci berdasarkan hawa nafsu, kebencian (terorisme) dan hasrat duniawi (materialistis dan hedonistis).