Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Puisi Makna: Dikelabui Pikiran, Dibutakan Hati Beku dan Keras

Diperbarui: 6 September 2022   15:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Au ah gelap! (Sumber: Freepik)

Selamat membaca sahabat Kompasianer dan Readers Terhormat!


Dikelabui Pikiran...
Dibutakan...
Hati yang beku dan keras...

Inilah orang-orang...
Paling merugi di akhirat...
Bahkan di dunia...
Tak seorangpun mau menolongnya...

Golongan manusia demikian...
Selalu meyakini apa...
Yang mereka pikirkan...
Padahal yang mereka pikirkan...
Berasal dari tipu daya setan...
Yang mengelabui dirinya...
Disebabkan dirinya...
Penuh dusta...
Dan diselimuti sifat...
Kepengecutan...

Golongan manusia demikian...
Hatinya mengeras...
Karena setiap pengalaman hidupnya...
Tidak dijadikan pembelajaran...
Melainkan mereka kutuk penuh laknat...
Berkata hidup penuh ketidakadilan...
Padahal mereka sendirilah...
Yang berbuat penuh ketidakadilan...
Kepada sesama hidupnya...
Dan menghakimi sesamanya...
Dengan rasionalitas akal terbatas...
Tanpa mau memahami perasaan...
Seorang yang dihakiminya...

Hati yang mengeras...
Tidak mampu merasakan...
Manfaat dari kebenaran...
Kerugian dari kesalahan...
Akibatnya...
Tak bisa membedakan...
Mana yang salah...
Mana yang benar...
Mana yang menyelamatkan...
Mana yang merugikan...
Untuk kehidupannya...
Hingga akhirat kelak...

Akibat perbuatan mereka...
Mereka dibutakan...
Oleh kepalsuan...
Yang menjerat mereka...
Dalam penyesalan...
Namun masih menyalahkan...
Seorang yang hendak...
Menyelamatkannya...
Yang sudah memberikan...
Peringatan pada mereka...
Sungguh kepribadian...
Yang dimurkai Tuhan...
Dan semesta alam...
Juga seisinya...

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 6 September 2022.

Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never die.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline