Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Puisi Makna: Tatapan Welas Asih

Diperbarui: 11 Agustus 2022   19:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tatapan (Sumber: Freepik)

Selamat Malam Sahabat Kompasianer dan Reader~ Ingin membuat puisi makna kembali ah~

Kutatap seluruh manusia dengan kasih...
Tanpa membedakan apa yang di yakini terkasih...
Tanpa memandang apa status kedudukan terkasih...
Hanya kesadaran beliau yang membedakan pandangan diri...
Kesadaran hukum yang terpatri...
Kesadaran kemanusiaan yang terbhakti...
Kesadaran berketuhanan yang ditaati...
Semakin luhur kesadaran beliau, semakin tunduklah hati ini...

Namun ada yang paling kubenci...
Bukan Makhluk Tuhan yang kubenci...
Namun Pemikiran yang Tuhan benci...
Ucapnya yang Tuhan benci...
Tindakan yang Tuhan benci...
Kebiasaan yang Tuhan benci...
Karakter yang Tuhan benci...
Selama ada pada diri beliau yang kukasihi...
Izinkan aku mengingatkan beliau kembali...
Hati-hati tentang yang ada pada diri...

Walaupun demikian aku sangat idealis...
Tapi akupun rasa penuh cela diri ini...
Tugasku hanya menyadarkan yang terkasih...
Agar tak terjerembab pada hal yang paling dibenci...
Hingga ia mengutuk dan membenci diri sendiri...
Pada hari akhir yang tersurat dan terjadi...
Suatu saat nanti...

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 11 Agustus 2022.

Indrian Safka Fauzi untuk Kompasiana.
For our spirit... Never Die!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline