Selamat Siang Sahabat Kompasianer dan Readers~ Izin berbagi Puisi.. Jangan ngangis pas bacanya ya, siapin tisu aja. Hehehehe!
Mode Puisi: Puisi Makna
Judul Puisi: Aku Anak Durhaka
Aku Anak Durhaka...
Aku bukanlah anak baik, namun terpandang baik dimata orang.
Aku sering berkata suara keras kepada kedua orang tua.
Dikala tak ada... juga yang menyaksikan.
Kebodohan diri yang menjelma, bahwa aku anak durhaka.
Mengapa Hamba selalu tersulut emosi atas kesalahan kedua orangtua?
Ya Tuhan! Betapa buruknya keras suara lisan hamba yang hina ini! Ampuni Hamba!
Hamba selalu menengok persujudan kedua orang tua hamba.
Beliau meneteskan air mata memunajatkan doa.
"Yaa Allah Jadikan Anak Hamba, seorang yang shaleh dan berbakti pada kedua orang tua."
Detik itu aku tersungkur dibalik ketidak tahuan ibu dan ayah.
Tetes air mata mengalir, menyembunyikan perasaan haru luar biasa.
Ayah... Ibu...
Ketahuilah...
Saat orang-orang mencela ayah ibu, karena ketidaktahuan mereka.
Akulah yang paling membela dan rela dicap anak jalang.
Walau ayah ibu tidak mengetahuinya...
Saat orang-orang memfitnah ayah ibu, karena kebencian mereka.
Akulah yang membuat mereka sadar bahwa mereka keliru dan salah.
Walau ayah ibu tidak menyadarinya...
Namun detik ini...
Aku hanya terlihat sebagai anak durhaka!
Yang tidak bisa menjaga kerasnya nada!
Saat berbicara pada ayah dan ibu yang kucinta.
Maafkan hamba ya Tuhan!
Maafkan aku... ibu! Ayah!
Izinkan hamba bersujud pada mu Tuhan!
Izinkan aku berdoa untuk kedua orangtua hamba!
Tetes air mata selalu mengalir deras.
Saat ayah dan ibu lepas berdoa tidur terlelap.
Aku selimuti mereka dan cium kening beliau dengan harap.
Semoga ayah Ibu memaafkan saya.