Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Neurosemantic: Salah Makna, Bisa Jadi Masalah! (2)

Diperbarui: 21 Juli 2022   09:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik

Selamat pagi sahabat Kompasianer dan Readers~ Kali ini saya mau kembali membahas ilmu Neurosemantic.

Simak baik-baik yach~

Salah Makna bisa jadi masalah. Seringkali kita menanggap apa yang disampaikan seorang tersebut yang baru sebuah bungkus dari ucapan dan tulisan, malah kita anggap isi dari yang ia sampaikan. Akibatnya komunikasi menjadi tidak nyambung dan berpotensi menjadi permasalahan.

Akibatnya sering terjadi ucapan, "bukan itu maksud saya, maksud saya adalah ..."

Sehingga kita kerepotan mengkoreksi ucap dan tulis kita sendiri.

Hal demikian bisa terjadi karena sang penyampai informasi kurang memperhatikan hal-hal esensi dalam berkomunikasi, seperti tata bahasa jika itu tulisan dan ucapan yang kurang relevan dengan isi atau maksud sang penyampai informasi. 

Penulisan yang menyebabkan kesalahpahaman karena keliru makna adalah salah satunya penulisan yang typo. Satu huruf hilang, bisa menjadi sangat bermasalah.

Seperti menulis Kontrol, tapi saat diketik huruf "r" nya tidak tampil karena kita rusuh. Lalu dienter oleh kita, kita lalai memeriksa tulisan kita. Bisa-bisa kita dianggap "anu" atau bahkan ada komentar yang tidak diharapkan muncul di postingan kita. Masih untung jika seorang yang membacanya memaknainya dengan benar menggunakan bingkai pikir (Frame of Mind) Positif, lah kalau yang memaknainya dengan frame of mind negatif, apa jadinya?

Maka solusinya dengan mengecek terlebih dahulu kata demi kata yang kita ketik sebelum enter di konten kita atau komentar yang kita berikan dengan seksama.

***

Kemudian masalah salah pemaknaan bisa juga terjadi, karena ketidaklengkapan informasi yang terjadi sehingga menimbulkan multitafsir yang menyebabkan pendengar buyar konsentrasi mendengarkan ucapan kita selanjutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline