Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Hati-hati dengan Etika Kita ketika Berhadapan dengan Orang Berilmu (Guru Kehidupan)

Diperbarui: 20 Juli 2022   20:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat berjumpa kembali sahabat Kompasianer dan Reader~ Kali ini saya mau membahas tema serius dan bukan main-main, karena konsekuensi berat yang mesti dihadapi seorang yang melanggarnya.

Dalam Ajaran Islam terdapat Hadits Shahih Riwayat Ahmad - 21.693 Bahwasanya:

Bukanlah Umatku! Sabda Rasulullah S.A.W. dengan tegas!

  • Yang tidak Menghormati lebih tua (yakni lebih tua bukan sekadar usia melainkan juga kedudukannya, jabatannya, tanggungjawabnya, dan lainnya)
  • Yang tidak Menyayangi lebih muda (yakni lebih muda bukan sekadar usia melainkan juga kedudukannya, jabatannya, tanggungjawabnya, dan lainnya)
  • Yang tidak Mengetahui hak seorang yang berilmu (seperti tidak memuliakan sang Guru Kehidupan, karena tanggungjawab moral yang diemban sang Guru Kehidupan penuh derita dan perjuangan demi seluruh umat manusia yang diperjuangkannya)

Konsekuensi bagi seorang yang mengaku dirinya Islam namun tidak memperhatikan etika yang disabdakan Rasul diatas, maka Rasul di Yaumul Mahsyar tidak akan mengakuinya sebagai umat yang ia Cintai.

Maka dari itu perhatikan tata bahasa, gestur tubuh, tatap wajah, lirik mata, dan jika sedang melakukan interaksi sosial media bersama seorang yang tertulis dalam keterangan diatas bagi seorang muslim wajib memperhatikan etika dan tatakrama. 

Karena pelanggaran berat dengan menyinggung perasaan seorang yang diistimewakan oleh Baginda Rasul Muhammad S.A.W. tersebut, ia sama sekali tidak akan mendapatkan pertolongan yang pantas dari kengerian kehidupan akhir zaman hingga kelak di Yaumul Mahsyar.

Kalau kita tidak cerdas memahami kedudukan seorang itu seharusnya diperlakukan sebagaimana seharusnya ia diperlakukan karena ada otoritas tinggi dari Kerajaan Allah yang menaunginya. 

Maka konsekuensi mengerikan kita dapatkan dengan kutuk laknat dari para Malaikat Allah, bahkan Rasulullah pun tidak ridha mengakui beliau sebagai umat yang dikasihinya.

Semoga dengan tulisan ini, ketajaman bathin kita semakin peka dengan apa yang disampaikan seseorang, dan kita bisa mendeteksi kewibawaan seorang yang kita hadapi. 

Apakah seorang itu pantas kita hormati seyakin-yakinnya, atau kita sayangi sepenuh hati, atau bahkan kita muliakan seperti perlakuan Rasul kepada seorang tersebut hingga detik ini?

Tertanda.
Rian.
Cimahi, 20 Juli 2022.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline