Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Metode Aktivasi Berpikir Kritis tentang Pemaknaan Keyakinan

Diperbarui: 9 Juli 2022   04:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik

Selamat berjumpa kembali di pagi hari ini sahabat kompasianer dan readers! Saya ingin membahas salah satu metode untuk aktivasi berfikir kritis tentang pemaknaan keyakinan. Selamat membaca~

Pikiran melahirkan Pemikiran. Salah satu komponen pemikiran diantaranya adalah Keyakinan. Keyakinan kita kemudian dimaknai oleh kita melalui bingkai pikiran (Frame of Mind). 

Jadi yang menjadi permasalahan dalam hidup bukanlah orangnya, namun bingkai pikiran yang digunakan seorang tersebut dalam memahami keyakinannya. Seorang manusia memiliki keyakinan yang berbeda-beda, namun dibalik perbedaan itu manusia masih bisa hidup rukun dan damai, karena pemaknaan keyakinan yang berbeda diantara mereka bernilai positif dan menguntungkan.

Apa itu pemaknaan keyakinan yang bernilai positif dan menguntungkan?

Yaitu memaknai keyakinan sebagai salah satu sumber daya yang mampu membantu kehidupannya antara hubungan vertikal dengan Tuhan dan horizontal dengan sesama. Pemaknaan keyakinan ini membuat seorang merasa dibela dan diselamatkan oleh keyakinan pribadinya dengan ditandai seorang tersebut taat menjalankan peribadatannya sesuai keyakinannya.

Mengapa seorang menjadi taat menjalankan peribadatan sesuai keyakinannya?

Karena ia yakin keyakinannya dapat menyelamatkan dunia dan akhiratnya (kehidupan setelah kematian).

Bagaimana tentang permasalahan yang seringkali terjadi pada hidup kita?

Kembali pada permasalahan. Bahwa manusia seringkali mempermasalahkan sesamanya. Padahal yang bermasalah adalah pemaknaannya pada sebuah produk pikiran (yaitu pemikirannya). 

Semisal seorang memaknai bos dalam pekerjaannya marah-marah dengan pemaknaan bos itu arogan, tentu jadi masalah. Karena bingkai pikiran (frame of mind) demikian dia berkeyakinan bahwa si bos adalah seorang arogan. Akibatnya kita jadi memusuhi si bos, dan berdampak buruk bagi kemajuan karir kita.

Adapun yang bijak seorang memaknai bos dalam pekerjaannya marah-marah dengan pemaknaan bos itu peduli, nah bisa jadi ini menguntungkan kita. Dengan bingkai pikiran ini, maka seorang dapat dengan bijak yakin bahwa sang bos sedang memberikan informasi akan kekurangan-kekurangan kita dalam mengeksekusi pekerjaan. Dampaknya kita dapat mengkoreksi setiap pekerjaan kita, sehingga kita lebih dapat efektif mengeksekusi pekerjaan kita. 

Kesimpulannya yang bermasalah adalah cara kita membingkai atau memaknai suatu fenomena. Bukan dari pelaku fenomena tersebut melainkan frame of mind kita yang mesti diganti dengan frame of mind yang lebih menguntungkan.

Demikian ulasan singkat tentang Pemikiran dan Frame of Mind.

Mari kita mencoba mengaktivasi berfikir kritis guna mengkritisi apakah keyakinan kita mampu menyelamatkan kita atau sebaliknya, dengan menjawab pertanyaan ini cukup dalam hati, atau jika sempat tulis di kertas atau ketik di gawai anda.

Apakah yang menjadi esensi keyakinan saya?

  • Jawaban: ...
  • Pengaplikasian sehari-hari: ...
  • Nilai-nilai kehidupan yang dipetik: ...
  • Tujuan Akhir dari keyakinan: ...
  • Tahapan-tahapan yang dilalui menuju Tujuan Akhir (Minimal 7 Tahap): ...
  • Yang menjadi sumber referensi keyakinan: ...
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline