Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Adinda Sang Penjaga

Diperbarui: 6 Juli 2022   05:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Ilustrasi: Freepik

Selamat berjumpa kembali sahabat kompasiana dan readers~ Kali ini saya mau mengkisahkan sebuah perjuangan sang Adik Perempuan dalam ketegarannya menjaga saya yang menderita sakit psikis.

Apakah perlu sebuah tissue untuk menemani api roket pesawat antariksa yang keluar dari batang hidung pemirsa?

Boleh-boleh saja disiapkan hahahaha!

Baik kita mulai kisahnya.

***

Adinda yang sibuk di Masa-Masa SMP, harus rela menatap saya dalam keadaan sakit parah melanda. Saya diikat oleh tali-temali berlapis lapis yang mengikat tangan dikebelakangkan tubuh agar saya tidak mengamuk karena ketidaksadaran saya dalam pengaruh guna-guna.

Dimasa Ayahanda dan Ibunda bertualang mencari seorang yang mampu mengobati saya. Adinda dan nenek tercinta, menyuapi saya yang dalam keadaan terikat. Adinda membersihkan air seni saya yang berada di pispot, dan karena saya telah disuntik secara medis, maka tubuh saya tidak terpancing untuk buang air besar. 

***

Setelah saya mulai tersadarkan, ikatan tali-temali yang mencengkram tubuh saya dilepas. Adinda memeluk tubuh kurus saya saat itu.

"Aa orang kuat... Eneng akan jaga Aa." Begitulah ucapnya.

Beruntungnya saya dinaungi keluarga besar, karena kami telah meninggalkan rumah kami di kediaman sebelumnya yang dipenuhi suasana mistis nan mengerikan. Alhasil kami tinggal di rumah nenek sekeluarga. Walau perasaan malu menimpa ayahanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline