Lihat ke Halaman Asli

Indrian Safka Fauzi

Praktisi Kesadaran Berketuhanan, Kritikus Fenomena Publik dan Pelayanan Publik. Sang pembelajar dan pemerhati abadi. The Next Leader of Generation.

Advance Civilization: Silih Asih Silih Asah Silih Asuh Silih Seuseungitan

Diperbarui: 17 Mei 2022   13:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instagram/Nyoman_Nuarta

Sebuah filosofi "Silih Asih Silih Asah Silih Asuh Silih Seuseungitan" dari Kearifan lokal warisan leluhur Sunda, tentunya mengajarkan bahwa Bumi Nusantara kaya akan budaya.

"Silih Asih Silih Asah Silih Asuh Silih Seuseungitan" merupakan peradaban masyarakat yang paling puncak, dimana kata silih berarti saling.

Silih Asih, berarti saling mengasihi. Tangga awalnya manusia berupaya untuk mengasihi tanpa ada niatan untuk dikasihi. 

Mengasihi murni karena mengasihi. Tak ada keinginan transaksional seperti dagang dalam mengasihi, semua dilakukan penuh ketulusan, memberi demi ingin memberi kebermanfaatan hidup. 

Tangga akhirnya manusia seluruhnya terkoneksi dengan cinta, dimana seluruh beritikad memberi tanpa harap diberi. Hingga terjalin hubungan mutualisme dari manusia, ke manusia, dan oleh manusia.

Silih Asah, berarti saling memperkuat. Tangga awalnya manusia berupaya untuk mencerdaskan sesama tanpa ada niatan untuk mendapatkan imbal balik dari perjuangannya. 

Tangga akhirnya seluruh manusia saling memperkuat potensi sesama, menambal kekurangan sesama, saling memberikan pengetahuan penuh kebermanfaatan, saling mengingatkan dan saling menasihati dalam kebaikan dan kebenaran seperti bunyi firman Allah dalam Surah Al Ashr ayat 3 yang berbunyi:

"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."

Silih Asuh, berarti saling membimbing, merawat dan mengasuh. Tangga awalnya manusia berupaya mengasuh sesama agar terpenuhi kebutuhannya, tanpa ada itikad mendapatkan imbalan, seperti sang ibu mengasuh bayi mungilnya dengan penuh ketulusan. 

Tangga akhirnya seluruh manusia saling membimbing, merawat dan mengasuh sesamanya agar semua terpenuhi kebutuhannya, berkecerdasan dan berkarakter. Terkoneksi antar sesama dengan sifat welas asih, semuanya begitu harmoni, tanpa cela menyesatkan sesama.

Silih Seuseungitan, berarti saling meluhurkan. Tangga awalnya manusia berupaya meluhurkan sesama dengan apresiasi dan ungkapan terima kasih atau syukur kepada sesama hidup, tanpa berharap dipuji atau disanjung

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline